Kadang orang nanya, "Nar, kamu nggak kesepian ya, hidup sendirian terus?"
Dan aku selalu jawab jujur, "Tergantung. Sendirian di mana dulu? Kalau di kamar, nggak. Soalnya ada dia yang nemenin..."
Lalu biasanya mereka nanya, "Siapa?"
Dan aku jawab, dengan pandangan kosong dan penuh rasa:
Camilan.
Iya, Camilan.
Teman hidup paling konsisten yang pernah aku punya.
Dia nggak pernah marah walau aku cuekin.
Nggak pernah ngambek meski aku tinggal tidur.
Nggak pernah maksa buat ditaruh di story Instagram.
Dan yang paling penting: selalu ada waktu buat aku.
Nggak kayak kamu.
Maaf, refleks.
Ritual makan malam sendirian itu semacam perayaan kecil. Bukan karena lapar semata, tapi karena itu satu-satunya momen dalam sehari di mana aku bisa merasa lengkap.
Lengkap secara rasa, walau secara hubungan sosial mungkin agak... ya, bolong-bolong dikit.
Biasanya dimulai dari momen bangun dari rebahan dengan energi minimal. Lalu membuka pintu lemari dengan harapan seperti membuka pintu masa depan.
Di dalamnya? Bukan cinta, tapi ada Chitato, Beng-Beng, dan sisa biskuit kelapa yang tinggal dua.
Dan aku tahu, malam ini akan baik-baik saja.
Kadang aku bingung, kenapa orang suka ngeromantisasi dinner bareng pasangan? Lilin, wine, obrolan dalam.
Aku sih cukup dengan bantal empuk, posisi miring kiri, dan suara plastik camilan yang dibuka perlahan.
Ada semacam sensasi spiritual pas tangan pertama masuk ke bungkus keripik.
Kayak meditasi.
Jari-jari menyentuh serpihan MSG. Hati terasa tenteram.
Lidah mengucapkan syukur.
Ini bukan sekadar makan. Ini pengakuan cinta dalam bentuk rasa gurih.
Aku bahkan pernah ngerasa lebih dihargai sama sepotong wafer daripada oleh gebetan.
Wafer itu nggak pernah PHP.
Nggak pernah bilang, "Kita temenan aja ya," setelah dua minggu ngobrol intens.
Dia manis dari awal, sampai akhir. Nggak berubah di tengah.
Dan meski aku tahu ini agak menyedihkan, aku tetap bahagia.
Bahagia dalam versi... low budget dan bisa dibeli di minimarket 24 jam.
Ada satu momen yang selalu aku ingat.
Malam itu hujan, mati lampu, dan aku sendirian di kos.
Semua orang lagi update story bareng pasangan:
yang satu minum kopi berdua, yang lain karaoke berdua, yang satu lagi nonton film sambil posting caption "pundak terbaik".
Aku?
Aku duduk di lantai, pakai senter HP, makan sereal langsung dari bungkusnya.
Dan jujur, itu salah satu malam paling damai yang pernah aku alami.
Nggak ada beban. Nggak ada ekspektasi. Nggak ada notifikasi dari seseorang yang cuma chat kalau lagi butuh.
Cuma aku, sendok plastik, dan rasa manis yang nggak pernah bohong.
Tapi bukan berarti aku nggak pengen punya pasangan.
Kadang pengen juga.
Pengen ada yang nanya, "Kamu udah makan?"
Bukan karena lapar, tapi karena peduli.
Tapi kalau sampai hari ini yang nanya itu cuma abang Indomaret, ya udah. Aku nikmati aja perhatian itu sepenuh hati.
Mungkin itulah kenapa camilan selalu punya tempat spesial di hatiku.
Karena dia hadir bukan karena drama, bukan karena status, bukan karena algoritma.
Tapi karena dia bisa membuat malam yang sepi jadi terasa sedikit lebih lengkap.
Dan jujur, aku pernah jatuh cinta.
Bukan sama orang, tapi sama produk baru: keripik singkong rasa sambal matah.
Cinta pada gigitan pertama.
Ada kombinasi pedas, asin, dan harapan.
Rasa yang sulit dijelaskan tapi bikin nagih.
Tapi seperti semua hal yang indah, dia juga pergi.
Diskontinu.
Itu rasanya kayak ditinggal tanpa pamit.
Aku nyari ke tiga minimarket, hasilnya nihil.
Aku bahkan nanya ke kasir: "Mbak, yang rasa sambal matah udah nggak ada ya?"
Dan dia jawab, "Itu limited edition, Mas."
Limited edition.
Kayak orang-orang yang mampir sebentar, bikin senyum, lalu hilang.
Semenjak itu, aku belajar.
Jangan terlalu berharap sama apa pun.
Bahkan pada camilan.
Sekarang aku lebih realistis.
Aku suka yang standar: keripik jagung, biskuit coklat, teh kotak rasa anggur.
Karena aku tahu, mereka akan selalu ada.
Setia.
Nggak limited edition.
Nggak tiba-tiba ngilang cuma karena lagi promo di tempat lain.
Kadang aku lihat temen-temen update story makan malam fancy di rooftop restoran bareng pasangan.
Caption-nya panjang, ada quote romantis, dan foto siluet.
Sementara aku?