Babi Bujang

Nara Senandika
Chapter #6

Bab 5 -Malam Minggu di Mall Sendiri

Nggak semua keputusan dalam hidup lahir dari pemikiran panjang dan perencanaan matang.

Contohnya:

Aku ke mall malam minggu.

Sendirian.

Tanpa rencana.

Tanpa undangan.

Tanpa pendamping.

Cuma... iseng.

Awalnya cuma niat beli sabun mandi dan camilan.

Tapi karena otakku kayaknya lagi butuh dopamine, aku pake celana bagus, semprot cologne sedikit, dan bilang ke diri sendiri:

"Yuk, jalan. Siapa tahu ada diskon. Atau jodoh. Atau dua-duanya."

Begitu masuk mall, aku langsung merasa seperti karakter utama di film indie.

Langkah kaki pelan. Musik latar ada di kepala.

Lalu... BAM!

Tabrakan pertama:

sepasang muda-mudi nabrak aku karena lagi asik gandengan sambil nonton reels bareng.

Mereka minta maaf dengan kompak dan senyum manis.

Aku jawab, "Nggak apa-apa," sambil dalam hati teriak,

"KENAPA SIH PEGANGAN SAMPAI NGEHALANGIN JALAN ORANG?!"

Tapi yaudahlah, ini mall. Bukan zona bebas baper.

Aku lanjut jalan.

Lewat food court. Isinya?

Pasangan.

Lewat tempat main claw machine. Isinya?

Pasangan.

Lewat parkiran. Bahkan petugasnya... lagi teleponan mesra!

Aku mulai ngerasa ini bukan mall biasa.

Ini Mall of Coupleia.

Segala penjuru ada yang gandengan.

Ada yang pake baju couple.

Ada yang saling suap boba.

Ada yang duduk di kursi beanbag sambil ngobrolin masa depan (atau utang).

Dan aku?

Sendirian.

Pegang kantong belanja isi sabun, ciki, dan satu liter susu UHT.

Romantis banget, ya?

Tapi aku belum menyerah.

Aku pikir,

"Oke, mungkin aku belum punya pasangan. Tapi kan aku bisa traktir diri sendiri. Beli es krim! Nonton bioskop! Self date!"

Jadi aku beli tiket film.

Masuk bioskop, duduk di baris tengah.

Samping kanan: pasangan yang dari awal udah pegangan tangan.

Samping kiri: pasangan yang lagi ribut pelan karena cowoknya lupa beli popcorn caramel, bukan original.

Dan aku? Duduk lurus. Fokus ke layar. Sambil nahan napas biar nggak ngeluarin desahan "ahhh kenapa sih semuanya pacaran???"

Setelah film selesai, lampu nyala, aku bangun dan sadar: jaketku agak belepotan es krim.

Aku turun tangga sambil diem-diem ngelap noda pakai tisu.

Dan di depan lift, ada pasangan lagi...

lagi pelukan.

Kayaknya mereka habis nonton drama juga.

Aku nyengir. Bukan karena iri. Tapi karena absurd banget.

"Kok bisa ya, seluruh pasangan di kota ini kayaknya janjian buat datang ke mall malam ini?"

Aku mulai ngerasa kayak figuran di film romantis.

Tugasnya cuma lewat, ngalah, dan jadi background yang nggak boleh terlalu bahagia.

Setelah keluar dari bioskop, aku berdiri sebentar di depan eskalator sambil mikir:

"Mau kemana lagi?"

Pulang?

Kayaknya terlalu cepat.

Nongkrong di coffee shop?

Takut makin terlihat "sendirian tapi mencoba terlihat sibuk".

Akhirnya aku jalan ke lantai paling atas. Tempat favoritku: foodcourt terbuka, dekat balkon, bisa lihat lampu kota.

Tapi tentu saja...

Begitu nyampe sana, hal pertama yang aku lihat adalah satu pasangan yang lagi saling suap mi ayam dari mangkok yang sama.

Satu sendok, dua mulut, tiga emosi.

Aku duduk agak jauh. Buka ponsel, pura-pura sibuk. Scroll-scroll timeline yang isinya... pasangan juga.

Story temen: dinner berdua.

Post temen SMA: prewedding.

Captionnya:

"Akhirnya sama kamu, bukan karena harus, tapi karena yakin."

Sumpah, aku hampir nge-reply:

"Yakin karena diskon WO 20% apa gimana?"

Tapi aku tahan. Aku harus elegan.

Aku ambil satu stik sosis dari food stall dekat situ, duduk lagi, dan makan pelan-pelan sambil berpikir:

"Kalau hidup adalah drama, aku sekarang di adegan mana ya?"

Mungkin di episode filler.

Yang isinya cuma karakter utama lagi mikir keras sambil makan sendirian.

Nggak ada plot twist. Nggak ada tokoh baru.

Cuma lighting mall yang agak remang dan suara AC yang terlalu keras.

Tapi di tengah segala absurditas itu, aku ketawa.

Bukan karena lucu. Tapi karena sadar: aku beneran milih ini.

Aku bisa aja janjian sama temen. Bisa aja ngajak gebetan.

Tapi entah kenapa... malam ini, aku pengen lihat dunia dari sudut paling sepi.

Dan ternyata?

Lihat selengkapnya