Babu Boss

Siska Ambarwati
Chapter #3

[2] Maudy si Keong Racun

“Gue yang nyetir, deh.” Maudy sama sekali bingung harus menghadapi Regi saat ini. Maudy lebih memilih Regi yang bicara kadang tidak sesuai topik ketimbang sekarang. Wajah cantiknya simbah air mata. Belum lagi, Maudy yakin pikirannya kalut. Dia tidak yakin seratus persen, Regi bakalan waras mengendarai mobilnya. Kebersamaannya selama ini hanya dipenuhi dengan tawa dan canda. Belum pernah Maudy mendapati Regi seperti ini. Diam namun air matanya mengalir tanpa suara, berjalan lurus saja ke Boboꟷmobil Brio kesayangannya itu terparkir.

 “Enggak apa. Gue aja.” Regi mengusap wajahnya yang sudah lengket akan air matanya. Membuka pintu mobilnya segera sesaat setelah tiba di parkiran. “Tunggu apa? Ayo, masuk.”

Maudy meringis. Dia segera masuk, mengenakan seat belt setelah memastikan kantung belanja yang dibawa sudah aman di kursi penumpang di belakang. “Niat gue tadinyaꟷ”

 “Thanks. Lo yang terbaik.” Regi menyela lalu tersenyum kecil. Diambilnya tisu yang sengaja ia sediakan. Mengusap matanya yang tidak mau berhenti meneteskan air mata.

 “Rex, gue nginep di kos lo deh. Gue khaꟷ”

 “Gue pengin sendiri dulu, Dy. Besok aja lo nginep. Gue pasti curhat.”

Maudy memilih mengangguk. Semua tentang Regi, Maudy mengerti dan paham. Dia membiarkan Regi menyetir keluar area mall. Memberi ruang malam ini untuk si sahabat sepertinya pilihan bagus. Maudy memang belum seberapa mengerti rasanya melihat sang kekasih yang sialnya baru dibelikan kemeja baru, berjalan mesra dengan perempuan lain.

Mesra di sini, benar-benar mesra terkesan norak malahan. Mengumbar cium sana sini seolah dua orang norak itu tidak berada di mall tapi di dunia mereka sendiri. Begitu pikir Maudy. Melihat kantung belanja yang ditenteng Regi meluncur begitu saja, tatapan matanya memanas, cukup memberi pandangan kalau di mata Maudy, Regi benar-benar sangat terkejut.

Iya, lah! Masa iya pacarnya selingkuh wajah Regi datar-datar saja! Tunggu, ini sebenarnya bukan sekali dua kali Dion Berengsek itu menyakiti hati sahabatnya. Setidaknya itu yang diingat Maudy sepanjang Regi bercerita mengenai sang kekasih. Dion Adi Putra.

Kesalahan itu dimaafkan seolah apa yang terjadi hanya angin lalu bagi Regi. Maudy sering bilang, Regi itu bodohnya level maksimum alias tolol. Ada tiga kategori bodoh menurut Maudy. Bodoh, levelnya masih rendah artinya masih bisa berpikir dan segera sadar lalu memperbaiki. Bego, level tengah di mana masih sering kali terjatuh di lubang yang sama, perumpamaannya seperti keledai. Tolol, nah ini level teratas dari kebodohan yang menyerah manusia. Sudah sadar kalau dirinya bodoh dengan apa yang terjadi, terulang lagi, lalu dibiarkan begitu saja.

Regi ada di level tolol.

 “Lo yakin enggak apa-apa?” tanya Maudy memastikan sekali lagi. Sepanjang jalan menuju rumahnya, Regi hanya terdiam. Sudah tidak menangis memang, hanya saja, Maudy semakin khawatir jadinya.

 “Iya. Sampai di kost nanti gue WA lo.”

Maudy mengangguk. Setelahnya, brio itu meninggalkan area komplek perumahan. Dalam hati Maudy berharap, sahabatnya itu tiba di kosnya dengan aman.

Sementara Regi, kembali menangis teringat kejadian yang belum dua jam terlewat. Dia ingat, sudah beberapa kali Dion menyelingkuhinya. Dia memaafkan. Iya, dimaafkan setelah dihujani satu buket mawar merah selama seminggu penuh. Ini perselingkuhan pertama Dion kala itu. Pria itu bilang, ia tergoda dengan rekan baru di kantornya. Minta maaf dan sungguh-sungguh berjanji tidak mengulanginya lagi.

Regi percaya.

Kedua kalinya, Dion kembali berselingkuh dengan salah satu customer barunya. Saat itu, dia beralasan karena selalu ditempeli perempuan muda itu. Bukan dia yang tergoda, tapi digoda. Sebagai permintaan maaf, Regi kembali dihujani coklat. Bukan bunga.

Lihat selengkapnya