Babu Boss

Siska Ambarwati
Chapter #29

Ambu dan Disti

“Naik travel saja.” Barra bicara sekali lagi, walau sepertinya hanya dianggap angin lalu oleh gadis yang sudah bengkak matanya itu. Mendapati telepon dari Regi setelah makan siang karena gadis itu pulang cepat dan harus ke Bandung saat itu juga, membuat Barra meninggalkan meeting pembahasan proyek di Malang. Bobby sempat terkejut, namun ketika tahu Barra ada urusan dengan Regi, Bobby hanya cengar cengir.

    “Lama, Pak, jam berangkatnya. Saya mau segera.” Regi menjejel satu sweater kuning kesayangannya. Lalu memastikan tidak ada barang yang tertinggal lagi. Ia segera menarik salah satu koleksi sneakers yang dibawanya, mengenakan dengan buru-buru, lalu pamit. “Saya berangkat dulu, ya, Pak. Maaf enggak bisa siapkan makan malam hari ini. Tapi jusnya tadi sempat saya buatkan, sih. Makanan Love juga sudah saya beli. Takutnya Bapak lupa karena kemarin saya lihat tinggal sedikit.” Regi nampak berkeliaran memandang sekitar unit Barra. “Oh, pakaian Bapak belum saya susun. Nanti setelah pulang dari Bandung, saya susun. Kalau Bapak yang susun sering berantakan.”

    Barra mengerjap pelan. Bukan karena semua petuah Regi yang panjang dan terkesan ia seperti meninggalkan seseorang untuk waktu yang lama. Hanya saja.

    “Saya antar saja.” Ini entah kenapa bibir Barra mengatakan hal yang menurutnya lucu.

    Regi menggeleng gegas. “Enggak usah. Saya bisa ke Bandung sendiri, kok.”

    “Tapi,”

    “Bapak tenang aja. Saya konsent, kok. Kali ini, saya akan lebih hati-hati berkendara.”

    Tak ada yang bisa Barra lakukan lagi untuk mencegah keberangkatan Regi. Barra tak masalah kalau Regi harus pulang sejenak ke rumah orang tuanya. Di telepon, Regi sudah menjelaskan kenapa ia meminta izin pulang dengan segera ke kampung halamannya. Bandung. Ibunya jatuh di kamar mandi.

    Sebenarnya banyak yang ingin Barra tanyakan mengenai gadis itu. Hatinya tergelitik untuk mengetahui lebih banyak hal mengenai sisi lain sang gadis. Tapi semuanya ia telan bulat-bulat. Otaknya bilang, untuk apa dan gunanya apa bagi hidup Barra mengetahui Regi lebih banyak.

    Sebelum punggung kecil itu hilang tertelan pintu apartemen, Barra hanya bila berkata, “Hati-hati. Segera kabari saya kalau sudah tiba di rumah.”

    Gadis itu hanya membalas dengan anggukan. Lalu tak lama, sosok itu menghilang dari pandangan Barra. Meninggalkan Barra yang mengedikkan bahu, lalu memilih duduk di sofa. Love yang mengetahui majikannya datang, langsung bergelung manja. Mengeong lebih lama dan meminta agar kepalanya mendapat usapan lembut. Ketika mendapati hal itu dari Barra, kucing persia kesayangan Barra langsung naik ke pangkuan sang majikan.

    “Ibu tiri kamu pulang sebentar. Jangan kangen, ya.”

    Lama Barra duduk di sofa sembari merasakan bulu halus milik Love. Ponselnya sering berdering namun ia abaikan. Menurutnya, telepon itu berdering hanya panggilan dari Bobby. Untuk apa ia angkat, ia sudah memberi banyak arahan kok tadi sebelum meeting. Masa iya harus Barra ulang segala petunjuknya.

    Ketika Barra membuka kulkas, jus kesukaannya memang sudah ada di sana. Makan siang memang belum tersaji tapi Barra tak masalah. Ia bisa order atau keluar makan siang walau telat. Barra lebih memilih menghabiskan jus yang sudah dibuat Regi.

    Love mengikutinya, lalu bergelung di kakinya seperti mencari perhatian.

    “Love kenapa? Lapar?”

    Mata Love yang berwarna biru hanya membulat. Barra pikir, kucingnya memang lapar. Ia pun membuka kaleng makan Love dan memberikannya di tempat makan khususnya.

    “Jangan kangen ibu tiri, ya.”

 

***

 

    Regi tiba di rumahnya yang sederhana tiga setengah jam setelah bertolak dari apartemen Barra. Tanpa menunggu dibukakan pintu gerbang, ia melesat masuk dan membiarkan mobilnya masih terparkir di sisi rumahnya yang lain.

    “Assalamu’alaikum, Ambu, Disti.”

    Seorang gadis remaja yang masih mengenakan seragam putih abu-abu menyambutnya. Matanya sedikit sembab dan wajahnya agak memerah.

    “Kakak,” panggilnya yang langsung memeluk Regi. Dengan penuh sayang, Regi membalas peluk dan mengusap puncak kepala sang adik.

Lihat selengkapnya