Baby Blue

Melia
Chapter #10

BAB 10

Empat tahun lalu menjelang kelulusan, Ezhar dan Sarah sering menghabiskan waktu di perpustakaan Universitas Indonesia. Ezhar berada di rak keuangan dan akuntansi sedangkan Sarah di bagian fashion. Keduanya menjalin asmara dan resmi melangsungkan hubungan selama dua tahun. Kala itu, mereka berjanji untuk mengembalikan buku bersama. Tapi Ezhar atau Sarah lupa dan segera berlari menuju resepsionis untuk menyerahkan buku yang lebih dari tenggat waktu. Mereka mendapat denda dan harus bertanggung jawab. Sepasang sejoli itu tertawa lepas merutuki kebodohan.

Sarah selalu mengganggu Ezhar yang berkonsentrasi penuh dengan laptopnya. Tangan kiri memegang kalkulator sedangkan yang kanan membawa buku.

“Gimana kalau salah satu tanganmu memegang jariku?” Sarah melepas buku yang tertempel di tangan Ezhar. Lelaki itu tersenyum melihat ulah kekasihnya.

Setelah kelas selesai, Ezhar menjemputnya di kelas dan mengajak keluar bersama. Mereka berjalan beriringan menuju mobil sambil bercengkerama. Dengan segala kesibukannya sebagai mahasiswi, Sarah juga menjabat sebagai model. Ezhar tak pernah sekalipun absen untuk meninggalkan Sarah. Ia selalu berada di sisinya saat ada event runway fashion atau pun photoshoot. Lelaki itu selalu setia menunggunya di backstage dan sabar saat Sarah menyuruhnya membeli makanan dan minuman untuknya. Membawakan pakaian, sepatu serta kelengkapannya melakukan pekerjaan di luar kota.

Setelah Sarah melakukan catwalk di atas stage, Sarah mencari keberadaan Ezhar. Ia melihatnya tidur di bangku penata rias. Sarah memejamkan mata sejenak dan berlalu menghampiri lelaki itu.

“Ezhar, jangan tidur di sini. Ayo bangun!” Sarah mengguncangnya dengan lutut kaki.

“Zhar, jangan bikin aku malu dong.” Ezhar mengejap menatap Sarah sempurna.

“Eh, sorry. Kamu sudah selesai?” Ia duduk tegap sambil membenarkan kemeja. Sarah berdecak kesal meninggalkannya sendirian.

Ezhar menuju rumah Sarah untuk meminta maaf atas perilaku yang kurang sopan di backstage. Ia benar-benar kelelahan hingga tertidur pulas. Lelaki itu membawakan makanan kesukaan Sarah dan menunggu gadisnya keluar kamar. Sarah terlihat berbincang di telepon dan langsung mengakhirinya ketika ia bertemu tatap dengan Ezhar.

“Beb, kamu ke sini kok nggak bilang dulu sih?” Sarah menggelayuti lengan Ezhar, keduanya duduk di sofa.

“Kamu lagi telepon siapa?” Ia mengerutkan kening.

 “Sama manajer aku, katanya dia mau ajak aku makan malam nanti. Oh, ya hari ini jangan ajak aku ke mana-mana dulu ya.” Sarah merajuk padanya.

Dinner? Manajer kamu kan cowok.” Ezhar semakin curiga.

“Kamu jangan salah paham ya. Semua yang aku lakukan ini biar jangkauan relasi aku makin meluas, Beb. Kalau aku terkenal, banyak duit, kamu nggak usah lah kerja di kantor Papamu itu. Bikin stress aja.” Sarah tersenyum. Ezhar melepas paksa pelukan yang semakin erat.

“Oke juga. Kamu siap-siap aja deh. Aku pulang sekarang.” Ezhar tersenyum sambil melambaikan tangan.

“Ih, kamu nggak marah kan beb? Kamu jangan cemburu ya.” Sarah menahan Ezhar sejenak.

“Nggak kok, santai aja.” Ezhar meninggalkan Sarah dengan senyum mengembang.

 Sejak pertemuannya yang terakhir, Ezhar tak pernah muncul di hadapan Sarah hingga membuatnya harus mencari ke mana pun. Sarah berlari kecil menuju rumah Ezhar. Ia menggedor-gedor dan meneriaki nama lelakinya. Tak ada sahutan, Sarah pasrah. Ia berjalan lemas menjauhi kediaman.

Seorang perempuan paruh baya muncul dari samping, ia adalah pembantu Ezhar. Sarah menghampiri Mbok Iyem yang sudah mengenalnya sejak berpacaran dengan Ezhar.

“Non Sarah? Mau cari siapa?” Mbok Iyem meletakkan sapu.

“Ezhar di mana ya, Mbok? Sudah seminggu nggak ada kabar. Dia belum pernah seperti ini sebelumnya” Sarah amat mengkhawatirkan keberadaannya.

“Lho, Non Sarah nggak diberitahu Mas Ezhar? Ibunya kan meninggal seminggu yang lalu. Mbok kira, Non Sarah sudah tau.”

“Hah? Ibunya Ezhar? Tante Tiara meninggal, Mbok?” Sarah tersentak mendengar penuturan Mbok Iyem.

“Terus sekarang Ezhar di mana?” lanjutnya ingin tau.

“Sekarang Mas Ezhar tinggal di Surabaya. Lagi fokus karirnya sama Pak Akhmad. Kalau alamat rumahnya Mbok kurang tau, Non.” Mbok Iyem langsung pergi dari hadapan Sarah. Gadis itu berlalu meninggalkan rumah Ezhar dengan perasaan kesal.

“Brengsek! Bisa-bisanya dia pergi gitu aja tanpa pamit.” Sarah tak terima diperlakukan seperti itu. Ia memikirkan cara bagaimana bertemu Ezhar dan kesempatan itu hadir saat Selena memutuskan pindah ke Surabaya.

Tiga bulan sudah Selena menjalani hari-harinya di KAP Akhmad Wijaya. Tak terasa Ezhar dan Selena justru menjadi partner yang baik. Ezhar selalu mengajarinya tentang pekerjaan yang tidak ia kuasai sedangkan Selena yang masih melakukan penelitian skripsi justru menjadi asisten pribadi Ezhar sampai jangka waktu dari Universitas selesai.

Memasuki awal tahun, musim hujan masih terus mengguyur bumi. Selena senang beberapa akhir ini matanya dimanjakan oleh air yang turun dari langit. Berkali-kali Ezhar menjelaskan bahwa Sarah dan dirinya sudah tak memiliki hubungan. Itu semua dilakukan demi menghilangkan kecanggungan saat bekerja. Selena juga sudah memaafkan perbuatan Sarah yang bisa dibilang menyabotase. Mereka bisa bekerja sama seperti biasa.

Pak Sudjak memberikan jus jeruk dan mengantarnnya ke tempat Selena. Indri membelalak saat minuman itu khusus dibuat hanya untuk Selena.

“Pak Sudjak saya mau jus jambu!” teriaknya, ia merasa tidak adil.

“Bikin sendiri!” balasnya.

“Terima kasih, Pak!” Selena ikut berteriak. Ezhar menoleh saat keluar dari ruangan.

“Ada apa?” tanyanya. Gadis itu merasa sudah membuat keributan.

“Oh, nggak, Mas.” Selena menyeruput jusnya hingga tak bersisa.

 “Anton, Hanung, Indri dan Selena masuk ke ruangan saya. Ada hal penting yang mau saya bicarakan.” Ezhar masuk lebih dulu diikuti mereka yang merasa terpanggil.

Keempat orang itu sudah duduk di masing-masing kursi yang Ezhar siapkan. Mereka duduk mengitari meja dan Ezhar berdiri di hadapan. Ia menuliskan poin penting di papan tulis.

“Minggu depan kita mengaudit PT. DAS Cargo di Menara Kuningan, Jakarta.” Ezhar menatap tiap karyawan.

“Hanung akan membuat laporan konsolidasi. Anton merekap software accounting, Indri akan handle bagian stock opname dan Selena akan bersama saya berhadapan dengan laporan keuangan sekaligus memantapkan sidang skripsi.” Lelaki itu menunjuk satu persatu dengan pulpen yang dibawanya.

“Perkiraan sidang skripsi kapan, Len?” Ezhar melayangkan pertanyaan pada Selena. Gadis itu nampak melamun, ia terpikirkan tentang job yang diberikan Sarah. Lokasinya tidak jauh dengan PT. Das Cargo yang akan diaudit.

“Selena!” Ezhar melempar pulpen ke meja, mengagetkannya. Selena menoleh ke kanan dan kiri.

Lihat selengkapnya