Sarah masih di Jakarta. Ia duduk di kamar hotel sambil memikirkan strategi baru. Tekadnya bulat, ia takkan lagi menjadi manajer Selena. Ia mengundurkan diri secara sepihak. Tangannya mengarah pada aplikasi Instagram dan menulis kata-kata untuk di upload pada akun pribadinya.
“Gue harap story gue cukup mengganggu hari kerja lo sekarang.” Sarah tersenyum licik dan meletakkan ponsel di nakas. Sarah bersiap pulang ke Surabaya untuk mengemas barang-barangnya. Jadwal pesawat masih nanti sore, ia akan mencari sarapan untuk mengganjal perut.
Sebelum itu ia juga membatalkan seluruh event atas nama Selena Anandara dan merubah dirinya sebagai pengganti gadis itu. Sarah mempersiapkan segala hal dengan baik sebelum menyerang. Kertas-kertas yang sudah dicetak bekas schedule modeling Selena sudah berhamburan di tempat sampah. Sekarang peran utama itu sudah pindah tangan. Sarah berhasil menjadi nomor satu. Baginya ia harus menyingkirkan siapa saja yang menghadang jalannya termasuk Selena.
…
Ezhar melihat foto yang di upload oleh Sarah. Baru saja sekitar lima belas menit yang lalu dia mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya bukan lagi manajer Selena. Sekaligus mencabut semua kontrak dan event atas nama dirinya yang diambil alih oleh Sarah secara tidak langsung. Apa yang bakal terjadi jika Selena mengetahui hal ini. Kalau saja ia bisa mempertahankan karirnya dengan cara berbohong seperti kemarin, apakah hal seperti ini mampu dihiraukan Selena. Gadis itu benar-benar mempertahankan segala hal demi mimpinya. Sekarang laman instagram Selena dihujat habis-habisan oleh penyelenggara sponsor. Dia dituding tidak professional dalam menangani pekerjaan. Bahkan ketika gadis itu belum menyatakan statement apa-apa, orang-orang di sana seakan tutup telinga sebelum mendengar alasan sebenarnya.
…
Jam kerja KAP Akhmad Wijaya berjalan seperti biasa. Pagi hari yang selalu ditunggu beberapa orang cukup melelahkan sebab merasa bosan termasuk Selena yang pantang menyerah menyelesaikan skripsinya di sana.
Terlihat Pak Sudjak mengelap kaca depan sambil bersenandung lagu. Deru mesin motor membuatnya menoleh. Selena turun dari sepeda motor sambil memberikan helm pada si ojek. Tatapannya beralih ketika lelaki paruh baya seperti menunggu kedatangan Selena.
“Pagi, Pak Sudjak.” Ia tersenyum manis.
“Pagi Selena cantik.” Pak Sudjak menyapa balik.
“Kegiatan di Jakarta kemarin gimana, Mbak? Kayaknya hari ini Mbak Lena senang banget,” lanjutnya tetap mengelap kaca sambil menghadapkan wajah padanya.
“Ya gitu deh, Pak. Aman kok.” Selena mengacungkan jempol.
“Kalau gitu saya masuk dulu ya, Pak.” Selena bersiap membuka pintu.
“Iya, Mbak.” Pak Sudjak melanjutkan aktivitas bersih-bersih.
Indri melihat Selena mulai berjalan ke meja kerja kubikal. Dari sorot matanya dia nampak baik-baik saja. Entah karena bisa menyembunyikan segala kesedihan atau memang dia menerima nasib. Indri berdiri dan menghadang jalannya yang bersiap memasuki ruangan Ezhar.
“Kamu nggak mau duduk sini, Len?” tawarnya.
“Kalau bukan perintah Mas Ezhar aku pasti duduk di sini, Mbak.” Selena tersenyum dan menunjuk kursinya.
“Terus kapan kita mau ngobrol kayak biasa? Kamu nggak papa kan?” Indri memastikan gadis itu tak mengingat kejadian kemarin. Selena mengangguk pelan lantas membuka ruang managing partner.
Kita ngobrol waktu istirahat aja ya, Mbak.” Selena menutup pintu pelan. Ia melihat Ezhar sedang menulis beberapa berkas di meja.
“Pagi, Mas Ezhar.” Ia tidak ingin melihatnya. Hari ini Selena akan menyelesaikan skripsi tepat waktu.
“Ponsel kamu mana, Len?” Ezhar berdiri menghampiri.
“Buat apa, Mas?” tanyanya curiga.
“Hari ini kamu nggak boleh main handphone sampai pulang.” Ezhar menengadahkan tangan padanya. Ia berharap unggahan Instagram Sarah belum dilihat Selena.
“Lho kenapa? Nggak mau.” Selena tak mengindahkan ucapan lelaki itu.
“Hari ini Pak Akhmad akan datang. Rencananya akan seharian di kantor.” Ezhar duduk di samping Selena. Ia terpaksa berbohong tentang alasannya.
“Ya terus?” Selena masih ingin mempertahankan argumennya.
“Saya nggak mau kamu main ponsel terus.” Ezhar mendekatkan wajahnya membuat Selena bisa melihat tiap jengkal fisiknya.
“Memangnya sejak kapan aku main ponsel terus?” tantangnya. Ezhar menaikkan alis membuat Selena terpaksa menyerahkan ponsel dari pada berurusan dengannya. Ezhar meletakkan ponsel Selena di laci meja.
“Are you okay, today?” tanya Ezhar tiba-tiba. Wajah gadis itu tersembunyi di balik layar laptop. Selena mengintip lelaki di seberang.
“Not bad but not good,” ucap Selena lantas duduk dengan tegap. Ia akan mengerjakan bab lima yang hanya tinggal kesimpulan dan saran. Ezhar mengulas senyum membuat Selena ikut menyembunyikan tawa.
Ezhar diam-diam memperhatikan gadis yang sekarang sedang sibuk sendiri. Tekatnya sungguh luar biasa. Sebentar lagi Selena tidak akan di KAP Akhmad Wijaya dua. Ia harus terima Selena akan meninggalkan kantornya. Cepat atau lambat momen itu pasti terjadi.
“Hari ini kamu lembur sampai malam.” Ezhar meletakkan berkas di mejanya.
“Kok gitu?” Selena tak terima karena skripsinya hampir selesai namun Ezhar tetap memberinya pekerjaan kantor.