Weekend ini akan Selena habiskan untuk pergi ke rumah Tante Uni. Perancang bajunya semenjak ia masih resmi menjadi model. Ya hanya itu jadwalnya sementara ini. Tidak ada kegiatan lain yang harus Selena lakukan. Sore itu Selena memutuskan pergi menuju butik Tante Uni dan menginap ke sana. Papanya sedang di luar kota selama tiga hari sehingga Selena takkan mampu jika di rumah sendiri.
Selena bersiap memesan kendaraan online saat mobil berwarna silver memasuki pelataran rumah. Ia terpaku mendapati seseorang itu mulai membuka pintu depan. Selena mundur selangkah. Gadis itu tak menyuruhnya datang ke sini, rutuknya dalam hati.
“Mas Ezhar ada apa?” Selena tidak mendekat, ia bergeming di depan pintu rumah. Lelaki itu membawa sebuah undangan dan menunjukkan padanya.
“Ini maksudnya apa, Len?” Ezhar tak menyangka diberi kepercayaan penuh oleh Selena.
“Ya itu buat Mas Ezhar.” Selena menghampiri Ezhar pelan.
“Memangnya kenapa? Nggak mau?” tebaknya.
“Ya sudah sini. Kalau gitu buat Mas Anton aja.” Selena berlalu sambil mengambil undangan di tangan Ezhar.
“Jangan. Aku pasti datang, Len.” Ezhar membalikkan badan menghadap gadis itu. Keduanya saling pandang satu sama lain. Selena tersenyum manis, ia tak bisa menahan gerakan bibirnya. Begitu pun Ezhar yang sama-sama mengulas senyum.
“Makasih ya.” Ezhar mengambil kembali undangan di tangan Selena.
“Acaranya hari Senin bulan depan. Mas Ezhar jangan sampai telat ya.” Selena menatap mata Ezhar. Cukup meneduhkan, pikirnya.
“Kamu mau ke mana, Len?” Ezhar melihat barang bawaan di sisinya.
“Mau menginap ke rumah Tante, Mas.” Selena teringat ia belum juga memesan taksi.
“Aku antar aja ya.” Ezhar membuka bagasi mobil dan membawakan tas Selena.
“Nggak usah, Mas. Aku bisa pergi sendiri.” Adegan tarik menarik tas jinjing terulang kembali.
“Kalau gitu aku nggak perlu datang ke acara itu.” Ezhar menghentikan aksinya dan membuat kesepakatan.
“Ya oke.” Selena manyun dan membuka pintu mobil. Mereka berlalu meninggalkan kediaman menuju rumah Tante Uni di Surabaya Timur.
Sesampainya di tempat tujuan, Selena mengajak Ezhar masuk ke rumah Tantenya. Ia amat canggung layaknya kekasih yang akan diperkenalkan ke keluarga besar. Selena menyembunyikan tawa saat Ezhar nampak berkeringat.
“Eh, Lena…” Tante Uni memeluk Selena erat lantas melirik lelaki di sebelahnya.
“Siapa, Len? Kamu sudah punya pacar?” tebaknya. Raut wajah Tante Uni amat bahagia ketika ponakannya mendapat kekasih.
“Bukan, Tante. Ini Mas Ezhar, dia atasan Lena di tempat kerja.” Selena memperkenalkan keduanya.
“Oh, tampan sekali kamu. Saya Uni, panggil saja Tante Uni sama seperti Selena.” Perempuan itu memegang lengannya genit. Selena menahan malu sebab Tantenya tidak menjaga sikap.
“Tante….” Selena melepas genggaman tangannya dan menuntunnya masuk. Saat ia kembali, gadis itu menemui Ezhar lagi.
“Mas, makasih ya sudah antar aku ke sini.” Ezhar mulai menunjukkan jati dirinya pada Selena. Ezhar melihat-lihat butik milik Tante Uni.
“Kenapa kamu ke sini, Len?” Ezhar penasaran dan ingin tau.
“Oh, aku lagi lihat kebaya yang dibikin sama Tante, Mas. Rencananya buat wisuda.” Selena melihat Tantenya yang berlalu-lalang meladeni pelanggan.
“Oh ya, di sini berarti ada jas buat cowok dong? Biar sekalian aku pesan di Tante kamu.” Ezhar melepas sepatu dan meletakkan di rak khusus. Ia mulai berjalan menghampiri Tante Uni. Selena masih mencerna ucapan Ezhar lantas berlari menyusul.
“Tante, saya bisa order jas untuk acara wisuda bulan depan ya,” ucap Ezhar tegas di hadapannya.
“Jangan, Tante.” Selena menyela lelaki itu.
“Biar sekalian jadi satu. Gimana?” Ezhar menawarkan diri untuk diukur lingkar badan.
“Oh, boleh. Ide bagus itu.” Tante Uni menjentikkan jari.
“Jadi rencananya Ezhar mau pergi ke wisuda Lena ya?” Perempuan itu menebak-nebak.
“Iya, Tante.” Ezhar menjawab pasti.
“Serius? Jadi dua undangan wisuda itu untuk Ezhar sama siapa, Len?” Tante Uni memandang ke arah Selena. Dadanya berdesir, ia tak tau harus berkata apa. Ezhar dan Tante tampak menunggu jawabannya.
“Oh, hehehe. Undangan itu buat Mas Ezhar sama Papa.” Selena terkekeh lantas melihat kedua orang itu bergantian. Tante Uni melongo mendengar penjelasannya. Sesaat kemudian, Selena pergi ke toilet meninggalkan keduanya.
“Woaw, Ezhar kamu sangat istimewa. Kalau almarhumah Mamanya masih hidup, undangan itu pasti untuk orang tuanya. Jadi kamu dan Papanya Selena sudah saling kenal?” tanyanya penasaran.
“Ya, saya cukup kenal dengan Pak Affandi.” Ezhar tersenyum melihat langkah buru-buru Selena.
“Oh, ada yang tidak beres memang kalian ini.” Ia geleng-geleng merasakan getaran jatuh cinta di mata Ezhar.
Selesai mengukur badan, Ezhar pamit undur diri dari butik Tante Uni. Cukup sudah godaan dan rayuan yang timbul dari perempuan itu. Selena memejamkan mata saat Tantenya melayangkan kata-kata manis untuk merecoki keduanya.
“Mas, maaf ya kalau Tante agak kurang sopan.” Selena menelungkupkan kedua tangan di dada.
“Nggak ada yang salah sama Tante kamu. Kenapa minta maaf?” Ezhar mencuri pandang.
“Maksud aku…”
“Santai aja. Nggak usah merasa terbebani.” Ezhar memakai kembali sepatu yang ia letakkan di rak khusus.
“Mas Ezhar, hati-hati ya.” Selena melambaikan tangan. Ezhar juga melakukan hal sama.
“Oke.” Ezhar tersenyum padanya membuat gadis itu terenyuh.
Langit malam mengantarkan keduanya pada pertemuan manis. Sebuah rasa yang tidak bisa ditelaah lebih dalam. Seperti Selena yang mengukir mimpinya, ia dihadapkan pilihan antara pencapaian yang harus diprioritaskan. Berkat bantuan dan tuntunan orang-orang sekitar, ia memilih meninggalkan karir yang menjulang tinggi untuk mendapat predikat sarjana.
Sekarang kelulusannya sudah di depan mata. Tiap tangisnya memang tidak mengandung apa-apa, tapi emosi itu menuai keluar. Itulah yang dirasakan Selena akhir-akhir ini. Pengkhinatan, ketulusan serta pencarian jati diri bisa ia dapatkan sekaligus. Ia menghirup napas dalam-dalam sebelum memutuskan kembali ke dalam butik. Deru mesin sudah tak terdengar, mobilnya menghilang sejak tadi tapi kenapa ia masih betah berdiri di luar. Seakan memorinya masih ingin berkeliaran.
Selena menekuni kebaya berwarna baby blue yang hampir delapan puluh persen jadi. Bagian bawahnya memakai rok batik bermotif yang bisa dipadu padankan dengan kebaya tersebut. Ia melihat buku catatan milik Tante Uni tepatnya di halaman paling akhir saat menuliskan ukuran badan Ezhar. Selena tersenyum mengingat kebersamaan tadi.
…