Hari ini Ezhar mengambil cuti untuk menjemput Selena di rumahnya. Affandi menyapa hangat seakan menyetujui kebersamaan yang terjalin dengan putri satu-satunya. Ezhar memakai kemeja berwarna hitam yang senada dengan pakaian Selena. Keduanya cukup serasi.
Selena memeluk erat Affandi yang tidak mengantarkan dirinya ke bandara. Selena lumayan sedih karena Papanya tidak ikut bersama. Sebagai gantinya ia mempercayakan Ezhar untuk menjaga Selena. Gadis itu melambaikan tangan dan berpisah sementara waktu dengan sang Papa. Ia berusaha tegar karena semua ini dilakukan demi cita-citanya.
Ezhar membawakan koper Selena dan segala tas ke ruang keberangkatan. Selena memasang wajah sedih, sebentar lagi momen perpisahan itu akan tiba. Gadis itu tak kuasa menahan air mata, ia membenamkan wajah ke dada Ezhar dan menangis sejadi-jadinya.
“Sudah-sudah, cuma lima bulan kan?” Ezhar mengusap lembut kepalanya. Lelaki itu menenangkan Selena supaya perjalanannya nanti tidak ada kendala.
“LENA!!!” Indri, Anton dan Hanung meneriaki namanya. Sontak sepasang kekasih itu menoleh ke sumber suara. Ezhar berkacak pinggang bertemu mereka di airport.
“Kalian??” Ezhar menunjuk ketiganya.
“Lena, kamu kenapa pergi sih? Aku sudah nggak punya teman ngobrol lagi sekarang.” Indri menangis di pelukannya.
“Iya, Len. Nggak ada lagi yang kasih camilan kayak biasanya,” timpal Anton.
“Kenapa sih nggak cari di Indonesia aja, jauh banget sampai di pelosok negeri,” protes Hanung. Ezhar menatap mereka semua dengan heran, tak habis pikir dengan keberanian anak buahnya.
“Siapa yang kasih izin kalian buat bolos kerja?” tegas Ezhar.
“Nggak ada yang bolos, Mas. Kita semua izin hari ini.” Indri membuka suara.