“Bugg.”
Terdengar suara dari tanah yang tertampar sebuah benda yang dilempar. Sebuah tas berwarna biru terang itu tergeletak pasrah setelah dihempas begitu saja. Hanya ada sebuah gambar anak paus kesepian di bagian depan tas ransel itu. Gambar paus bertengger dengan simetris tepat di tengah bagian tas. Pada bagian bawah gambar paus itu terdapat sebuah tulisan “Baby Orca”. Model dan bahan tas tersebut mengingatkan kita pada tas yang digunakan oleh para murid sekolah di Jepang. Biasanya mereka mengenakan model tas yang sama.
Padahal tas itu tidak memiliki wajah, namun ia seperti memiliki ekspresi. Kira-kira ekspresinya saat ini nyaris mirip seorang anak yang baru saja kehilangan satu pil keceriaan.
Seorang anak perempuan berkulit putih itu mendekap erat kedua lengannya sambil terus mengacuhkan setiap omongan yang keluar dari mulut ayahnya. Ia terus menerus mendekap tangannya sendiri. Dekapan itu menutupi sebagian gambar yang terdapat pada kaosnya. Samar terlihat gambar yang terdapat pada kaosnya adalah gambar Barbie edisi kartun.
“Papi, aku kan mintanya Hello Bunny, bukan Baby Orca!” ucap anak itu setengah berteriak. Ia menggerutu lalu mengangkat tas yang baru saja dia hempaskan itu. Setelah tas itu ada pada genggamannya, ia lanjut menangis dengan suara tangisan yang mampu membuat telinga siapapun yang mendengarnya kesakitan.
Karena ‘tak digubris oleh sang Ayah, ia kembali melemparkan tas yang dibeli jauh-jauh dari negara Singapura. Konon, tas itu adalah salah satu edisi terbatas keluaran salah satu brand tas dan sepatu anak yang termashyur kala itu. Sebenarnya hanya kalangan masyarakat tertentu saja yang menganggap bahwa tas itu istimewa. Sang ayah yang sedang mengenakan kaos bermotif salur kombinasi coklat tua dan coklat susu itu terlihat panik dalam tenang. Ia mencoba merajuk pada anak perempuan-nya. Si anak tetap bersikeras bahwa dia menginginkan tas dengan Edisi Hello Bunny berwarna kuning terang dengan gambar kelinci di tengahnya.
Sang ayah terus menunduk merasa bersalah, sementara si anak terus menangis, apalagi jika mengingat bahwa si gadis kecil itu telah menunggu kedatangan tas tersebut selama sembilan hari. Sementara bagi Ayahnya terkadang sulit untuk mengingat mana gambar anak kelinci mana anak paus pada saat harus memikirkan pekerjaan dan pesanan anaknya dalam satu waktu.
“Bug.” Tas itu dilempar lagi oleh si anak. Setelah melempar ia langsung melengos kedalam rumah. Lemparan kedua lebih kencang dari sebelumnya.
Ayahnya berjongkok menatapi tas yang harganya mahal tersebut. Sementara itu dari jarak kurang lebih sepuluh meter, ada seorang anak kecil berambut ikal menyaksikan perdebatan yang bertajuk “Antara Hello Bunny dan Baby Orca”. Anak kecil tersebut adalah tetangga si Bapak yang anaknya tengah kecewa. Anaknya dan anak itu seumuran. Mereka sama-sama berusia sembilan tahun. Anak kecil berambut ikal itu terus menatapi adengan-adegan itu. Sampai-sampai sekelebat pertanyaan muncul dari balikrambut ikalnya.
“Bolekah aku mengambil tas itu? Bukankah itu dibuang? Dia pun berkali-kali bertanya bahwa keinginan itu tidak salah kan? Sebab ia hanya ingin memungut, bukan mencuri. "
Tatap mata si gadis berambut ikal itu terus terarah kepada tas itu. Ia menatap bak seseorang yang sudah tiga hari tidak makan. Dua menit berselang, anak itu dibuat kaget ketika lelaki itu menatap kearahnya. Seketika itu, ia langsung menunduk dan lanjut memotong rebung pada mangkuk berbahan plastik. Potongan rebung itu akan dijadikan salah satu menu makan siang.