Sofi mendongakan kepalanya ke arah langit sambil mengenggam tali tas Baby Orca sehingga itu makin rekat dengan punggungnya. Ia berjalan setengah melompat menyusuri jembatan, dan barisan pohon yang bersiap mengawalnya.
Ia berjalan sambil menatap ke atas sehingga ia terjatuh. Ia bangkit. Setelah berdiri ia mengibas-ngibas tanah yang menempel pada lututnya. Sofi lanjut berjalan.
“Hei anak aneh!” teriak seorang anak yang sedang dibonceng oleh ayahnya pada motor bebek yang suaranya sangat membikin telinga tidak nyaman. Mulut Sofi merengut layu. Ia kembali berjalan sambil mendongakan kepalanya.
“Bebek, unta, labu, sapu ibu.”
Terdengar suara anak-anak yang sedang tertawa riuh. Ada sekitar lima anak yang menertawakan gelagat Sofiyah. Sofi melotot ke arah mereka lalu memonyongkan bibirnya. Anak-anak itu berlarian sambil menahan tawa.
“Love, cangkul milik Bapak.”
Lalu tiba-tiba ada kumpulan ibu-ibu yang mengenakan baju bertumpuk. Diantara mereka ada yang mengenakan kemeja panjang lalu mengenakan kaos panjang setelah kemeja. Gaya berpakaian mereka mampu membuat sesiapun yang melihatnya ikut merasa gerah.
“Cangkul? mana cangkul?" Tanya seorang wanita berkulit coklat yang wanginya mirip tanah basah.
“Tuh, ” jawab Sofi sambil menunjuk awan.
“Mana?”
Ternyata sedari tadi Sofi menatap awan yang ber-arak ke utara, lalu mencocokan tiap bentuk awan dengan benda-benda yang pernah ia lihat. “Lihat itu! Bagian yang melintang itu kayu untuk pegangan cangkul. Sedangkan yang bentuknya agak oval itu adalah cangkulnya,” jawabnya.
“Tapi itu lebih mirip serok sampah nak. Hehehe.” ujar ibu-ibu bau tanah basah itu terkekeh. Ia mengusap kepala Sofi lalu berlalu dan berjalan lebih cepat.
Sesampainya di rumah, ibunya sudah menyiapkan air perasan jeruk. Sebenarnya rasanya lebih mirip air yang diberi gula saja. Rasa jeruknya tidak terasa. Ibunya mengusahakan bahwa satu butir jeruk itu harus menghasilkan tiga gelas air perasan jeruk
Setelah menghabiskan air gula rasa jeruk dengan sekali teguk, Sofi mendekati Aisyah yang sedang memilah-memilah kotoran dan padi yang menyusup diantara beras kualitas paling rendah yang dibeli oleh ibunya. Sofi membantu Aisyah.