Baby Orca

Dianikramer
Chapter #9

Sembilan

Keesokan harinya, Fatimah mengusap-usap Utami yang terus menerus menangis. Kehawatiran mulai meriap. Utami adalah anak yang baik, dia jarang menangis, dan tidak pernah protes jika ibunya berpergian. Kali ini ada yang berbeda.

Ayahnya Utami menghubungi dukun beranak. Dukun hanya dengan menyentuh bagian-bagian tertentu bagian tubuh Utami, ia sudah dapat mendiagnosa penyakit Utami. Dengan penuh ketenangan, dia memberi serbuk anak sumang dan air godokan.

Setelah kedatangan dukun beranak tersebut, keadaan Utami justru semakin memburuk. Warna kulitnya menguning pucat. Siang itu, sepulang sekolah Sofi dibuat kaget ketika mendapati ibunya sedang mengaji. Di depan daun pintu, Sofi langsung rubuh. Tanpa suara, hatinya patah berkeping-keping. Ia terdiam. Tiba-tiba ada seorang yang entah dimana wujudnya, berkali-kali mengeluarkan suara. Itu terdengar seperti,

“Bukankah kau tidak ingin memiliki adik? Mengapa kau bersedih? Bukankah jika tidak ada adik makananmu akan utuh? Tanpa adik kau tidak akan lelah menggendong dan minta diajak bermain?”

Suara-suara tersebut tidak bisa berhenti. Berbicara tanpa ada jeda. Suara yang sangat tidak enak didengar, hanya membuat susunan sel otak seperti memburai berantakan.

Sofi berlari sambil mengusap airmata dan ingusnya.

“Adik!” Dia menangis tersedu-sedu dan tangisan semakin kencang. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Utami yang terlentang itu. Sungguh dramatis. Lalu ibunya menepuk punggung Sofi. Tepukan itu lumayan keras. Mata Utami membuka membelalak menatap penuh keanehan, lalu ia mengaruk lehernya.

“Kamu itu apa-apaan? adikmu baru saja bisa tidur. Kau jaga adikmu dulu. Ibu mengaji dulu.” Lalu ibunya berlalu ke kamar, dan lanjut mengaji.

*

Sore hari, uncle sam yang sudah janji akan mengantar Ami kerumah sakit sudah berada di depan rumah. Dia baru selesai berkeliliing menjajakan dagangannya. Sebelum Ibunya Utami dan Utami naik moko (motot toko) miliknya, ia terlebih dahulu memindahkan dagangannya dibantu oleh ibunya Utami.

“Sokri kamu jagain dagangan uncle yah!”

Mulut Sofi membulat.

“Sofi Uncle, bukan Sokri!!” protes Sofi.

“Sokri, Sofi kribo hahahaha.” ujarnya terkekeh.

Lalu motor uncle Sam menjauh, mengecil lalu menghilang dari pandangan. Sofi menjaga Dagangan tersebut sambil mengerjakan PR.

Satu jam kemudian, uncle Sam dan ibunya Sofi pulang.

“Sofi, ambilah tiga barang yang menggantung di sini.”

“Serius uncle?” ucap Sofi memastikan.

“Iya. Ayo cepat ambil sebab uncle harus segera pulang.”

Lalu Sofi mengambil satu set pensil, pulpen dan penghapus dalam plastik, sisir dan satu ikat rambut.

“Sudah?”

Lihat selengkapnya