Baby Orca

Dianikramer
Chapter #11

Sebelas

Hari ini Aisyah harus sudah meninggalkan rumah. Tidak mudah bagi semua anggota keluarga. Utami terus memeluk Aisyah. Aisyah dan Firman akan tinggal di sebuah rumah jagaan villa. Kakaknya Firman diharuskan menjaga villa yang lain. Jadi mereka akan tinggal berdua di sana.

*

Hari itu, ayahnya mendapat pekerjaan untuk menjadi kuli bangunan di kota, tepatnya di sebuah proyek apartemen. Ayahnya pulang sebulan sekali, dengan masa kerja lima bulan.

Akhirnya masa kerja itupun telah berakhir.

Tanda cinta tidak melulu berbentuk bunga, tapi bisa saja berbentuk uang yang kau gunakan untuk membiayai perbaikan dapur istrimu. Kini, Fatimah tidak perlu lagi mengenakan sandal saat memasak, agar kakinya tidak menyentuh tanah. Hasil dari bekerja di proyek itu sebagian lainnya ditabung oleh ayahnya Sofi.

Terdengar deru knalpot yang membahana di depan rumahnya. Motor itu behenti di depan rumahnya. Lalu tiba-tiba mereka dibuat kaget karena motor bebek tersebut ban depannya masuk sampai daun pintu dan sampai menjorok kedalam.

“Bapak,” Ucap Utami kebingungan.

“Motor dimana?” tanya Fatimah.

Teman ayahnya Sofiyah menggadaikan motor bebek keluaran tahun 2007 itu seharga tiga juta rupiah. Bagi ayahnya, menerima barang gadaian adalah salah satu langkah menyimpan uang. Setidaknya, motor itu akan banyak membantu dan uangnya tetap utuh.

Ayahnya merawat motor dengan telaten. Ia mencuci motornya dengan sangat bersih. Terkadang sepulang menggarap kebun, dia nyambi dengan ngojeg. Motor mampu membuat suami Fatimah itu berjalan lebih tegak. Pagi-pagi Sofi dan Utami sudah diantar sekolah oleh ayahnya. Sekarang Sofi sudah duduk di bangku Smp kelas tiga. Sementara, itu Utami sudah duduk di bangku kelas lima SD.

*

Berkat bantuan dari pemerintahlah Sofi dan Utami mampu terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dan tentu atas kerja keras ibu dan ayahnya.

Satu bulan setengah lagi Sofi akan mengikuti kegiatan Ujian Nasional. Entahlah, setelah kelulusannya dari Sekolah menengah pertama, bagi Sofi, itu tak ubahnya seperti arena perjudian, kemungkinannya antara: melanjutkan, atau tidak. Ayah dan Ibunya tak pernah mengatakan, bahwa Sofiyah tidak akan melanjutkan sekolah meskipun kemungkinan itu bisa saja terjadi. Tak ubahnya menunggu bintang jatuh.

*

Lihat selengkapnya