Lalu dengan berat hati dan sambil melihat wajah adik-adiknya yang tadinya riang menjadi pendiam, akhirnya mereka memberitahukan hal yang harus mereka katakan. Hal yang dapat mengganggu kunjungan ini.
Pada dasarnya ayah dan ibunya tidak keberatan, dan sangat mengerti. Bahkan mereka ketakutan jika anak dan suaminya itu tak punya tempat tinggal nantinya.
“Maaf ya bu, pak. Firman tidak tahu kalau ibu Nyonya datang secara mendadak."
Tak hanya itu dengan perasaan sedih bercampur tak enak, Firman meminta agar mereka tidak keluar dari rumah jagaan villa ini sampai petang nanti. Dengan senyum pasrah orangtua Aisyah berkata tidak apa-apa. Firman menyuruh Aisyah untuk membuat jus alpukat untuk keluarganya. Sementara Firman menyiapkan apa-apa yang diperlukan ibu Dameria untuk meditasi.
Tidak ada yang boleh berbicara. Tapi itu bukan perkara yang sulit sebab Utami dan Sofi sudah tertidur. Sementara sepasang suami istri itu menonton televisi. Televisi, adalah sesuatu yang tidak ada di rumah mereka. Mereka berdua terus menerus menatap televisi dengan tatapan penuh kekaguman.
Pukul empat sore, ibu Dameria sudah bangun. Setelah bangun tidur ia keluar teras mencoba melerai kantuk yang masih hinggap sambil menyadari bahwa tidur adalah solusi yang bagus ketika ada masalah. Dari lantai dua ia memanggil Firman.
“Firman!”
“Ia Nyonya. “
“Coba lihat itu ada yang putih-putih mengambang di atas kolam. Tolong kamu periksa,” perintah Nyonya Dameria. “Baik bu.” jawab Firman.
Lalu Firman berjalan ke arah kolam. Dengan bambu tipis, ia menggapai sesuatu yang berwarna putih dan mengambang di kolam. Jika dilihat dari kejauhan, itu seperti lendir berwarna putih.
Setelah mampu diraih akhirnya Firman tahu bahwa itu adalah kaos dalam milik Utami. Ia langsung membawa itu ke rumah jagaan villa. Setelah itu ia kembali ke villa.
“Apa yang tadi mengambang di kolam renang?” tanya bu Dameria.
“Itu bu ada lap yang dijemur di pohon jatuh ke kolam,” jawab Firman berkelit. "oalah.” jawab bu Dameria singkat.
*