Baby Orca

Dianikramer
Chapter #26

Dua Puluh Enam

“Maaf, Nadhira. Tas itu sudah tidak ada padaku.”

Jutaan petir hebat terus-menerus menyambar dinding hati Nadhira. Ia meneguk susu murni itu perlahan sambil pandangannya kosong.

Sofiyah menceritakan, bahwa beberapa hari lalu, istri Uncle Sam membutuhkan biaya untuk operasi anaknya. Sementara Uncle Sam sudah banyak membantu keluarganya. Padahal, keluarga Sofi pun sedang kesusahan. Kabar tentang tas Baby Orca yang kini naik daun itu pun diketahui oleh Uncle Sam yang terbiasa belanja dan berjualan aksesori wanita. Konon, tas itu dijual ke seorang remaja yang berdomisili di Makassar.

Hening. Rasa kecewa bercampur iba menyelemuti relung hati Nadhira. Rasa malu bercampur haru, ketika ia dan ambisinya berharap pada manusia dengan kisah yang pilu.

***

Siang itu, Sofiyah dan Utami menginap di vila. Mereka berenang dan menikmati suasana asri di vila sepuasanya. Mereka mencari kakaknya, yang sedari tadi keluar. Aisyah bilang, jika dia akan pergi ke warung, tetapi dua puluh menit rasanya terlalu lama untuk mengunjungi sebuah warung, terkecuali membeli sambil bergosip.

Karena khawatir dengan kakaknya, mereka berdua menyusul sang kakak. Mereka berjalan di jalan sepi di area ini. Tak lama, mereka melihat kakaknya itu sedang berjongkok di pinggir jalan. Mereka berlari ke arah kakanya. Mereka memaksa kakaknya untuk segera kembali ke vila.

Sesampainya di vila, Sofiyah dan Utami berjalan terlebih dahulu ke dalam vila. Sementara itu, Aisyah berjalan lambat mengikuti mereka sambil sesekali menendang buangan cemara.

“Ketemu di mana?” tanya kakak iparnya mengagetkan.

“Itu, tadi ketemu di pinggir jalan. Lagi kasih makan kucing,” jawab Sofia.

“Hehe, iya. Dia sengaja beli makanan kucing di supermarket. Terus dia bagiin ke kucing yang lewat,” jawab Firman sambil tersenyum.

“Oh, sekantung makanan kucing yang ada di garasi itu, ya?” tanya Sofia.

“Iya. Di sini ‘kan tidak boleh melihara kucing,” jawab Firman memberi informasi.

“Oh, begitu ...,” ucap Sofia, matanya menatap lurus ke depan.

“Dek, kamu tahu enggak?” tanya Firman.

“Hmm ... apa, Kak?”

Lihat selengkapnya