Baby Orca

Dianikramer
Chapter #27

Dua Puluh Tujuh

Sebulan kemudian.

“Sofi sudah tiga hari tidak masuk. Ada yang tahu, kenapa Sofi tidak masuk?” tanya Bu Siti.

Lala menghampiri Bu Siti yang sedang duduk dan menghentikan aktivitas mengabsen tersebut. Lala memberitahukan, bahwa Sofi pindah rumah. Jarak rumah itu lumayan jauh. Jika dia memutuskan untuk naik ojek, maka ia harus menghabiskan uang sekitar lima belas ribu rupiah. Sudah beberapa hari ini Sofi menangis. Ia tidak bisa bersekolah, karena tidak ada ongkos. Ayahnya mencoba menghibur dia.

“Anak Ayah yang cantik. Kamu tenang, ya. Ini untuk ongkos selama seminggu.”

Ayahnya menyodorkan uang sebesar seratus lima belas ribu rupiah yang ia dapat dari anak pertamanya. Semua semakin berat bagi Sofi, karena jarak rumahnya itu semakin jauh dengan sekolah. Sofi sudah beberapa kali menerima teguran dari pihak sekolah. Bu Siti selalu mencoba mengusahakan untuk mempertahankan Sofi di sekolah itu. Ia yakin, bahwa Sofi adalah salah satu anak bangsa yang berhak untuk ikut dalam kegiatan belajar.

***

Siang itu, ada seorang lelaki memakai kemeja berwarna biru tua yang tampak kusam dan lusuh datang ke rumah baru Sofi.

“Kang,” sapanya pada ayah Sofi.

“Ngopi dulu.” Lalu mereka menyesap segelas kopi hitam yang tersaji. Pria paruh baya itu menawarkan pekerjaan pada ayah Sofi. Katanya, ada proyek hotel dan resort yang membutuhkan pekerja. Tanpa basa-basi, ayahnya langsung menerima tawaran itu.

Mereka berjalan ke arah proyek itu. Singkat cerita, ayahnya diterima untuk bekerja di proyek hotel dan resort yang akan dibangun. Semua bekerja keras atas nama kasih orang tua.

Di sekolah, hari Sabtu merupakan hari di mana semua kegiatan ekstrakurikuler dijadwalkan, tetapi jangan harap kau akan menemui Sofi di sekolah pada akhir pekan. Dia lebih memilih ikut berjualan buah. Ia ikut dengan pedagang buah keliling yang biasanya menjajakan buah yang sedang musim panen pada mobil pikap.

Kali ini adalah musim panen rambutan. Sofi dan seorang ibu muda bernama Maim berjualan. Dia akan mendapat bonus jika daganganya laris manis.

Siang itu, Sofi bekerja pada hari Minggu. Satu unit mobil keluarga terparkir di sebelah mobil pikap tempat Sofi berjualan. Seorang bapak dengan kaus salur berwarna kombinasi kuning mustard dan hijau army itu mendekati mobil pikap. Dia mengambil satu buah rambutan, lalu ia membuka dompet kulit berwarna cokelat. Terdengar suara pintu mobil yang sengaja ditutup. Sofi langsung berlari ke dalam mobil. Ia duduk di depan, di dalam mobil—tepatnya di sebelah supir yang tengah tertidur.

Akhirnya, Sofi keluar.

Lihat selengkapnya