Baby Orca

Dianikramer
Chapter #28

Dua Puluh Delapan

Seminggu setelah kejadian itu, Sofi terpaksa tidak masuk sekolah lagi selama tiga hari. Dia mengurusi ayahnya, hingga tidak ada waktu untuk berjualan buah. Dia tidak memiliki ongkos yang cukup untuk berangkat ke sekolah. Uang asuransi belum dicairkan. Katanya, ada waktu seminggu lagi. Semua harus bekerja ekstra keras. Dalam masa pemulihan, ayahnya terus menyalahi dirinya. Kini dia tidak bisa mencari nafkah seperti sebelumnya. Ia merasa sangat tidak berguna.

Suatu malam, ayah Sofiyah berteriak begitu kencangnya. Rasa sakit yang amat hebat menjalar pada tubuhnya. Semua orang di rumah kebingungan. Akhirnya, Sofi pergi kembali mengunjungi dokter, ia menanyakan, kenapa ayahnya sering berteriak.

“Siapa yang mencoret ini?” tanya Dokter.

“Ayahku. Katanya, itu bukan obat, tapi vitamin,” ucap Sofi.

“Hmm. Nak, itu adalah penahan rasa nyeri.”

Tanpa sedikit pun rasa malu, Sofi menangis di hadapan dokter itu. Dia teringat uang yang diberikan ayahnya empat hari lalu, uang itu sebesar dua ratus ribu, seharga dengan obat penahan rasa sakit yang seharusnya ayahnya minum

***

Sofi tidak masuk selama tiga hari. Lala dan Dita kala itu kesulitan mencari alamat rumah Sofi, akhirnya berhasil menemukannya.

Sesampainya di rumah Sofiyah, mereka menangis.

“Sofi, ayo sekolah lagi!”

“Iya, Sof,” tambah Dita yang sering disapa Adit ini.

Mereka tak mampu berkata-kata. Ayahnya menangis melihat ketiga anak itu menangis sambil berpelukan.

Dita mengatakan, “Sof, kemarin si Anne mau ngisi bangku kamu, lho. Terus aku usir aja.” Lalu mereka kembali menangis tersedu-sedu.

Lala dan Dita pulang sambil memberikan sebuah amplop yang berisi uang sebesar empat ratus ribu rupiah. Uang receh itu terbungkus oleh amplop dengan cap sekolah mereka. Uang sumbangan dari teman-temannya itu ia gunakan untuk ongkos bersekolah.

Lihat selengkapnya