Blair tersenyum melihat bayi mungil yang berada di inkubator. Kata dokter, Baby Nord sudah dalam kondisi yang stabil, tapi masih belum bisa dibawa pulang. Kalau memang mau dibawa pulang, harus menyiapkan inkubator di rumah agar Baby Nord terjaga kehangatannya. Jadi, Blair memutuskan untuk menjaga Baby Nord dari jauh. Biarlah ia sedikit menguras uang tabungannya untuk Baby Nord selama bayi itu sehat lagi.
“Blair,” panggil Ed.
“Eh, Pak...”
“Sudah waktunya kita ke tempat penelitian,”
Blair menganguk, ia mengikuti Ed keluar dari rumah sakit. “Maaf ya, Pak, gara-gara saya waktunya agak sedikit mundur. Tadi dokter telepon saya dan meminta saya datang. Sekali lagi saya minta maaf,”
“Kamu sudah mengatakan itu puluhan kali loh. Gak capek ya, saya saja capek dengarnya?”
“Hehehhe, maaf, Pak,”
Ed menganguk dan kembali fokus pada kemudi mobil. Untungnya, jarak rumah sakit dengan tempat penelitian tidak begitu jauh. Hanya sekitar sepuluh menit.
“Yuk keluar!” ajak Ed sambil melepas seatbelt miliknya.
Blair ikut keluar dari mobil. Berdiri di samping Ed dengan kamera di lehernya. Perlu kalian tahu, Blair mengambil UKM Jurnalistik yang terbiasa menggunakan kamera atau handycam. Bibir gadis itu tersenyum dan langsung mengarahkan kameranya ke arah bangunan di depannya.
“Ini UMKM yang sedang berkembang. Dan saya ingin menyokongnya dari belakang agar mendapat pendanaan dari pemerintah. Jadi, kalau tulisan kita lolos seleksi, tugas kamu akan bertambah yaitu ikut mengembangkan tempat ini.” Ed menjelaskan.
Blair tampak senang, “Serius, Pak? Keren banget, Pak!”
Ed menganguk, “Satu lagi sebelum saya lupa, kita masih ada project lagi loh. Saya sudah rekomendasikan kamu ke Rektor untuk ikut terlihat dalam project tahunan kampus kita. Saya sudah lihat kinerja kamu dan sepertinya kamu tidak mengecewakan.”
Blair menoleh, “Project tahunan kampus yang bekerja sama dengan perusahaan ternama itu kan, Pak? Kalau tidak salah, hadiahnya itu magang di perusahaan selama beberapa bulan?” tanyanya tampak antusias.
Ed menganguk, “Iya. Kamu bahkan bisa menjadi karyawan tetap kalau memiliki kinerja yang terus berkembang.”
“Wah, tidak salah ya saya ikut program bersama Bapak. Ternyata Bapak membawa berkah di hidup saya cukup banyak.”
“Kita lanjut bahas nanti sambil makan siang. Sekarang kita butuh dokumentasi penelitian kita.”
Blair tertawa. Ia mengikuti dosennya masuk ke dalam UMKM yang tampak ramai oleh beberapa pekerja yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sesekali, Blair mengajak ngobrol para pekerja mengenai produk mereka. Selebihnya, sesuai dengan data yang telah diberikan Pak Ed di dalam penelitian.
“Mbak Blair mau coba?” tanya Ibu pekerja yang sedang mengaduk cairan berwarna kecokelatan.
Blair mengambil alih adukan berbentuk kayu yang ukurannya lumayan besar. Dengan wajah berbinar ia mengasuhnya dengan gerakan yang agak payah, tapi akhirnya berhasil diaduk juga.