Blair duduk di dekat loket administrasi, ia sedang menunggu giliran untuk dipanggil. Kalau tidak salah sudah ada dua bulan Baby Nord berada di rumah sakit. Dokter mengatakan kondisi Baby Nord sudah membaik dan bisa tanpa inkubator.
“Kamu kenapa?” tanya Ed.
Oh ya, sudah selama itu Blair dan Ed dekat. Dua bulan menyusun artikel ilmiah dan juga proposal. Bahkan Ed bersedia menjadi dosen pembimbing untuk project tahunan kampus yang bisa mendapatkan rekomendasi untuk bekerja di perusahaan bonafide.
“Saya bingung bawa Baby Nord ke mana. Paginya, saya harus ke kampus untuk kuliah. Siangnya, saya harus ke tempat Bapak untuk menyelesaikan artikel dan juga proposal. Saya hanya punya waktu malam untuk bersama Baby Nord. Sedangkan saya di kos juga sendirian.”
Ed tampak berpikir dengan keras. Bagaimana caranya Blair bisa menjaga Baby Nord. Dia ikut menggaruk kepalanya yang tidak gatal, semua ketakutan benar... Blair tidak bisa menjaga Baby Nord karena gadis itu harus membagi tugas antara kuliah, tugas, dan juga kerja.
Blair maju ke bagian administrasi dan menyelesaikan segalanya. Dan di tempatnya, Ed masih terus memikirkan cara yang paling efektif menjaga Baby Nord. Tepat ketika Blair memutar tubuhnya di loket administrasi, ia menjentikkan jarinya dengan suara yang lumayan kencang.
“Saya punya ide, Blair,” katanya.
“Apa, Pak?” tanya Blair yang tak menghiraukan rasa terkejutnya.
“Tinggal bersama saya!” ujarnya.
“Hah?” Blair menjerit dan tampak terkejut.
Ed menggeleng sambil menggerakkan tangannya ke udara, “Bukan itu! Kalau kamu tinggal di apartemen saya, kita kan bisa gantian jaga Baby Nord. Kamu kuliah, saya bisa bawa ke kampus. Selama kamu menyusun proposal dan artikel, saya bisa jaga juga. Dan yang lebih penting, kamu gak terlalu capek, kamu gak perlu bolak-balik.”
“Maksud Bapak apa?” tanya Blair terkejut.
“Saya tidak ada maksud apa pun. Tidak ada cara lain yang jauh lebih masuk akal dari ide saya kan? Lagi pula, saya tidak akan melakukan tindakan asusila sama kamu kok.”
“Tapi, Pak__”
“Kita lakukan ini demi kebaikan Baby Nord. Kamu mau kalau dia gak ada yang jaga, lalu apa bedanya kamu sama orang tuanya? Tenang, saya akan carikan baby sitter untuk dia, setidaknya untuk bantu kita jaga Baby Nord.”
Blair berpikir sebentar. Ed yang melihat itu langsung mengunci pintu mobil dan mulai mengendarainya pulang ke rumah. Sesekali, ia melirik mahasiswinya dari samping yang kini sedang berpikir dengan jelas. Gadis itu terus saja berpikir dari sejak berada di koridor rumah sakit.
Blair membelai pipi halus milik Baby Nord, lalu tersenyum. “Oke, saya akan tinggal di rumah Bapak. Tapi, sebelum itu, saya ingin menulis perjanjian di atas kertas.”
^_^
Ed melirik kertas yang sebelumnya berwarna putih, kini berubah menjadi penuh dengan tinta berwarna hitam. Gadis itu benar-benar menuliskan berbagai macam peraturan selama tinggal bersama. Ed bahkan tidak kepikiran sampai ke sana, padahal ia lah Sang Pemilik Rumah disini.