Blair menggendong Baby Nord keluar kamar. Gadis itu sudah tampak rapi dengan pakaian khas mahasiswa—kemeja dan celana bahan formal. Kini ia berjalan menuju dapur dengan gerakan yang agak kaku, karena ia baru mempelajari letak benda-benda disana.
“Kamu cari apa?” tanya Ed yang entah sejak kapan datang ke area dapur.
“Piring,” jawab Blair.
Ed meletakan sebuah piring di atas meja dapur. Kedua tangannya terarah ke udara, persis di hadapan Blair. “Saya bisa gantikan kamu menggendong Baby Nord,” katanya.
Blair tersenyum dan menyerahkan Baby Nord keluar dalam pelukan pria itu. Lalu, ia sibuk dengan peralatan dapur. Ternyata, tak hanya menyiapkan untuk Baby Nord, dia juga menyiapkan sarapan untuknya dan Ed.
“Sarapan, Pak,” katanya seraya meletakan dua piring nasi goreng berukuran sedang.
“Terima kasih,” ucapnya.
Blair mengambil alih Baby Nord dan memangkunya. “Maaf Baby, kali ini kamu minum susu formula dulu ya. Nanti baru Momy carikan susu eksklusif ya.”
Ed terbatuk ketika mendengar Blair menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Momy. Namun ia kembali menetralkan dirinya. “Jadi, bagaimana kamu bisa mendapatkan ASI eksklusif?” tanyanya.
Blair mengangkat bahu, “Entahlah. Saya juga masih belum tahu. Tapi, secepatnya, saya akan mendapatkan itu.”
Ed kembali memutar otaknya untuk menemukan jalan keluar. Walaupun ia tidak ada hubungannya dengan Baby Nord, tapi ia juga terlibat di dalamnya dan sengaja atau tidak, ia sudah melibatnya diri cukup jauh.
“Saya punya ide bagus,” katanya.
Dengan terpaksa Ed membawa Baby Nord ke kampus sambil mengajar. Blair sudah masuk kelas pertamanya sejak tadi dan ia tidak bisa membawa bayi masuk ke dalam sana. Dan sialnya lagi, baby sitter yang dimintanya baru datang sore hari.
“Bayi nya lucu banget, Pak. Mamanya gak dibawa, Pak?”
“Bayi nya imut, Pak,”
“Lihat Pak Ed dan bayi, sungguh lucu,”
“Bayi nya mirip Pak Ed,”
Ed menepuk bokong Baby Nord agar ia tenang. “Jangan nangis ya, Sayang. Nanti Momy akan datang kesini kok. Apa kamu lapar?” tanyanya.
Ed melirik jam di pergelangan tangannya. Seharusnya, Blair sudah keluar dari kelas pertamanya. Dan kini ia harus mengajar, tapi ia tidak mungkin membawa Baby Nord masuk ke dalam kelas.
“Pak Ed,” panggil Blair yang berlarian sepanjang lorong.
Blair langsung mengambil alih Baby Nord ke dalam gendongannya. Gadis itu menatap sekilas kepada punggung Ed yang berjalan memasuki sebuah kelas. Bibirnya tersenyum sebentar, lalu ia membalikkan badan dan pergi dari sana.
“Baby lapar ya, mau minum susu? Tapi, susu formula dulu ya, Sayang. Nanti kita tunggu sampai ada ASI eksklusif buat kamu ya.”