Ed menjelaskan materi penutup untuk mahasiswanya di kelas. Kelas terakhir hari ini. Pria dewasa itu menenteng tas laptop di tangannya keluar dari ruangan menuju ruangan dosen. Kanza melemparkan senyum kepadanya, ia juga baru kembali dari mengajar.
“Udah selesai?” tanya Ed.
“Udah. Tapi, nanti gue ada kelas malam. Tumben nanyain gue, mau ngajak makan apa gimana?” jawab Kanza.
“Enak aja! Mending jalan sama Blair deh!”
Kanza mencemooh, “Ya elah, mentang-mentang punya pacar. Lagian ya, Blair kan masih ada kelas sampai sore nanti.”
“Gue tahu, dia udah ngomong kok.”
Kanza tampak penasaran, “Ed, serius pengen tanya. Kalian itu gimana ceritanya bisa pacaran? Gak mungkin kan kalau Blair yang kerja keras buat dapetin elu, tapi gak mungkin juga kalau elu yang ngejar dia. Bukan elu banget!”
Ed tersenyum, “Gue yang maksa dia buat jadi pacar,”
“Hah? Gila ya!” Kanza tampak terkejut dengan jawaban Ed.
Ed menganguk, “Gue emang udah gila, Za, sejak ketemu dia.”
“Terus cara maksanya gimana biar dia mau?” tanya Kanza penasaran.
Ed menghela napas, lalu ia menoleh pada Kanza dengan tatapan serius. “Gue cium dia, terus ngajak dia pacaran.”
Kanza geleng-geleng kepala, “Gak nyangka gue sama elu! Bisa maksa gitu biar Blair mau sama elu! Eh, tapi akhirnya Blair mau?” tanyanya menunggu kelanjutan cerita Ed.
Suara dering ponsel milik Ed membuat keduanya terdiam. Ed mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya, lalu tersenyum ketika melihat nama di layar ponselnya.
“Halo Sayang,” sapanya, membuat Kanza sedikit meledeknya.
“Bapak udah selesai ngajarnya?” tanyanya.
Ed tersenyum sebelum menjawabnya, “Udah, Sayang,”
“Saya itu kelasnya kosong. Tapi kalau Bapak ada kerjaan lain, ya udah saya pulang sendiri aja.”
“Jangan dong! Saya samperin kamu deh, kamu ada dimana?”
“Bapak beneran gak ada kerjaan lagi?”
“Enggak ada, dari tadi saya cuman nunggu kamu supaya bisa pulang bareng.”
“Kalau gitu, kita ketemu di basemant aja,”
“Iya, Sayang,”
Kanza menggelengkan kepalanya tak habis pikir. “Vibe nya bisa berubah gitu ya. Edwestwick Wijaya bisa jadi bucin begini ya, harus di publikasikan gak sih?”
Ed menatapnya, “Awas aja sampai buat Blair gak nyaman!”
Kanza meledek, “Sekarang mah gak peduli lagi sama gue! Nyonya Wijaya selalu terdepan ya?”
“Iya dong. Ntar kalau Nyonya kabur gimana, ngajak pacaran aja udah susah.”
Ed meninggalkan Kanza yang masih saja mentertawakannya. Di balik pintu, terlihat seorang perempuan yang sepertinya sejak tadi mendengar semua percakapan mereka berdua.
“Jadi Pak Ed sudah punya pacar?” gumamnya.
Dengan langkah hati-hati, ia mengikuti Ed menuju parkiran kampus. Tak lama setelah ia melihat Ed membuka pintu mobil, di situlah ia melihat Blair yang datang menghampiri pria itu. Tak hanya itu, ia bahkan melihat gerakan Ed yang tiba-tiba saja merengkuh tubuh mungil Blair ke tubuhnya.
“Saya kangen banget sama kamu,” kata pria itu.
“Hhhmmm,”
“Kamu mau pergi ke suatu tempat?”