#18 LAMARAN
Blair masih ingat jelas perkataan Ed yang akan kembali mengajukan lamaran pernikahan ketika ia menyelesaikan masa magangnya nanti, tapi belum selesai masa magang, ia sudah diminta untuk menikah.
Kadang, ia merasa malu sendiri, karena keluarga nya lah yang menginginkan pernikahan ini sejak awal. Yah maksudnya, Ibu dan Bapaknya hanya tidak ingin anaknya mendapatkan omongan jelek dari banyak orang.
“Blair,” panggil Pak Han.
“Iya Pak,”
“Saya sudah kirim file kamu ke Pak Ed, masih dikoreksi sama dia kayaknya. Tapi kalau enggak ada keluhan, kayaknya everything is okay lah ya.”
“Ah Bapak bisa aja,”
Pak Han meminta Blair untuk sedikit mendekat kepadanya. Karena bingung, ia melakukan apa yang diminta oleh atasannya itu.
“Maaf kalau saya terdengar agak sedikit ikut campur, tapi apa kalian gak terlalu go public ya?” tanyanya.
Dahi Blair mengernyit, “Maksud Bapak?” tanyanya.
“Maksud saya...kabar kamu dan Pak Ed sudah tersebar di kantor,” jawabnya.
“Hah?” kaget Blair.
“Jadi sebenarnya, ada salah satu staff yang lihat kamu masuk ke mobilnya Pak Ed dan dia juga gak sengaja lihat lagi bermesraan.”
“Maaf Pak, saya itu sebenarnya_”
Pak Han tersenyum, “Gapapa, saya ngerti kok. Cuman agak sedikit kaget, karena Pak Ed bisa jatuh cinta apalagi bucin begitu. Dan untuk rumor yang tersebar, Pak Ed sudah klarifikasi juga kok.”
Blair merasa lega, “Klarifikasi?”
“Iya, Pak Ed bilang kalau kalian memang mau menikah,”
“Apa?”
^_^
Blair menutupi wajahnya dengan dokumen di tangannya. Baru keluar dari ruangan divisi nya saja, ia sudah menjadi pusat perhatian banyak orang. Jadi, siapa yang patut dipersalahkan? Tentu saja, Edwestwick Wijaya.
“Eh, itu kan Blair yang katanya anak magang ya?”
“Iya, katanya calon isterinya Pak Ed loh,”
“Sangat manis sekali kisah cintanya,”
“Ah, aku mau jadi Blair,”
“Pak Ed kalau milih yang daun muda ya, pinter lagi.”