Blair menikmati pelukan hangat dari Ed yang kini berada di belakangnya. Ia sama sekali tidak menyangka pacarnya itu akan melakukan semua ini, karena mereka memang tidak pernah membicarakan soal lamaran yang romantis.
Bu Rein mendekat, “Kamar untuk tamu sudah siap, Den,” katanya.
Ed menganguk, “Terima kasih, Bu. Ibu Rein istirahat saja setelah ini.”
“Baik Den,”
Ed semakin erat memeluk tubuh mungil di dalam dekapannya itu yang kini malah sibuk memainkan ponselnya. Pria itu mengambil alih ponsel dan melemparkannya ke atas sofa.
“Just look at me!” katanya.
“Hhhmmm,”
“Lagian ngapain lihat cowo-cowo bule kalau udah ada saya?” tanyanya.
Blair tertawa, “Saya cuman suka aja kok, Mas. Tapi kan cintanya sama Mas, hehehe.”
Ed menganguk, lalu mengganti posisi Blair hingga kepala gadis itu kini berada di pangkuanya. “Itu baru benar, kamu hanya boleh cinta sama saya.”
Tangan Blair mencubit pipi Ed dengan pelan. “Oh ya Mas, Baby Nord gak nangis kan ya? Saya takut dia kaget dan kebangun gitu.”
“Gak usah cemas, Sayang. Karena sekarang, baby kita sudah punya dua penjaga.”
Ed menunduk dan langsung melabuhkan ciuman di bibir Blair dan kembali mengelus rambut panjang pacarnya itu dengan sayang. Tak lama, ia melihat gadis itu terlelap di pangkuannya, membuat bibirnya mau tak mau tersenyum.
Bebarapa hari kemarin, ia menghubungi Endana untuk membicarakan masalah lamaran dadakan ini, begitu pula dengan kehadiran orangtuanya. Menakjubkannya, Endana berhasil mengetahui informasi lengkap tentang keluarga Blair dan langsung bergegas kesana bersama Mama dan Papa untuk membicarakan niat Ed. Hah, rasanya semua ini terasa begitu ringan sekali.
Ed menunduk dan memperhatikan Blair dari jarak dekat. Pacarnya itu memang sangat cantik dilihat dari sisi mana pun dan Ed menyukai hal itu—termasuk juga sifat dan kepribadian gadis itu.
^_^
Tepukan di bahunya membuat Ed mengerjap sebentar. Claude dan Angga berdiri sebelahan, membuat Ed melemparkan senyuman sopan khas bangun tidur.
“Tidur di kamar, sekalian bawa Blair ke dalam.”
Ed menganguk dan langsung menggendong dengan sangat hati-hati tubuh mungil itu masuk ke kamar. Keluar dari kamar Blair, ia melihat pemandangan dua keluarga yang sangat harmonis. Mama dan Ibu sibuk mengajak main Baby Nord, sedangkan Papa dan Bapak sedang mengobrol sambil mengopi bersama.
“Jadi gimana Ed, mau kapan?” tanya Claude ketika Ed duduk di sebelahnya.
“Lamaran resmi atau perniakahan?” tanyanya.