Ed memarkir mobilnya di parkiran kampus dan langsung bergegas masuk ke ruangan kelas yang biasanya menjadi jadwal Blair seperti biasanya. Namun, gadis itu sama sekali tidak kelihatan disana.
“Kanza, lihat Blair gak?” tanyanya.
Kanza diam saja, terlihat lebih cuek. “Dia udah semester akhir, Ed, tinggal nyusun tesis aja.”
Ed menganguk, “Oke, jadi siapa dosen pembimbingnya? Dan jadwalnya kapan?” tanyanya lagi.
“Gue dosen pembimbingnya,” jawab Kanza.
“Kapan kalian mulai bimbingan?” tanya Ed.
Kanza tertawa, “Kenapa gak tahu jadwal calon isterinya sendiri? Udah bubar?” sindir Kanza.
“Maksudnya?”
“Oh jadi benar ya kalau lu jatuh cinta sama Salma?”
Pertanyaan itu menyulut emosinya, Ed menarik kerah Kanza dengan rahang yang mengeras.
“Harusnya sejak awal gue gak usah percaya sama lu! Harusnya gue rebut aja ya Blair dari lu supaya dia gak terluka karena lu!”
“Apa maksud lu ngomong kayak gitu?”
“Gue suka sama Blair, elu tahu itu! Dan selamat, lu berhasil buat Blair pergi menyendiri dan gak akan kembali lagi! Puas lu? Udahlah, mending lu pacaran aja sama Si Salma!”
“Kenapa sih semua orang nyalahin gue? Blair sendiri yang ngomong aneh-aneh tentang hubungan kita. Katanya, dia gak pantas cemburu sama Salma. Tolong, gue gak paham!” kata Ed mulai membela diri.
“Harusnya memang kalian gak pacaran, karena saling gak memahami satu sama lain. Cewenya salah paham, cowonya gak peka.”
“Maksud lu apa?”
Kanza menarik kerah kemeja Ed, “Jujur sama gue, apa yang lu rasaain waktu ciuman sama Salma? Suka atau merasa bersalah?”
Ed terdiam, mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya. “Gue gak tahu!”
Kanza tertawa, “Ya udahlah, lu sama Blair udah pisah ini, jadi gak usah dipikir. Mending lu lanjut aja rasa penasaran lu sama Si Salma.”
“Blair dimana, kasih tahu gue!”
Kanza menggeleng, “Enggak akan gue kasih tahu! Karena gue udah janji sama Blair untuk gak kasih tahu lu tentang keberadaannya!”
“Za_”
“Apa lu tahu tentang masa lalu Blair waktu sekolah sarjana? Dia ditinggalin sama pacarnya yang jelas-jelas dosennya di kampus. Sejak awal dia kurang yakin dengan hubungan percintaan yang dia jalani, apalagi elu mengingatkan dia dengan pacarnya yang dosen itu. Tapi elu yakini dia melalui sebuah pernikahan dan janji kalau elu gak akan ninggalin dia apapun yang terjadi.”
Kanza menjeda, “Dia mulai kehilangan kepercayaan diri sewaktu elu lamar dia, karena dia takut suatu saat elu akan jatuh cinta dengan perempuan lain yang lebih dari dia. Dia tahu kalau elu jatuh cinta untuk pertama kali, makanya dia takut. Elu memang gak salah, awalnya, karena dia merasa terlalu negative thinking aja, tapi ucapan Salma siang itu buat dia semakin gak percaya diri.”
“Salma? Dia bilang apa?”
“Salma menyalahkan Blair karena sudah ngerebut elu dari dia dengan dalih Baby Nord. Salma mengatakan seolah elu nikahin Blair hanya karena anak, bukan karena cinta. Salma kasih tahu ke Blair kalau sebelumnya kalian berdua adalah dua orang yang saling melengkapi dan hanya dia yang cocok bersanding sama elu. Dia hina Blair dengan kata-kata kasar!”