Baby Without Parent

C R KHAN
Chapter #25

Apa Kabar Blair?

5 tahun kemudian......

Blair mengetuk kaca mobil yang terpakir di depan SMA nya dulu. Kaca mobil pun perlahan turun dan menampilkan seorang pria berkacamata yang tersenyum padanya.

“Udah nunggu lama ya? Maaf ya, tadi itu saya ada urusan sebentar...” kata gadis itu.

“Kamu kayak sama siapa aja, Blair. Sini masuk!” ajak pria itu.

Blair berjalan memutar, lalu masuk ke mobil setelah membuka pintunya. Keduanya saling berpelukan sebentar, lalu sama-sama tersenyum.

“Udah lama ya kita gak ketemu,” ujar pria itu.

“Bapak bisa aja sih. Tapi, kabar Bapak baik kan?” tanyanya diiringi tawa.

“Aku baik. Waktu dengar kamu gak baik-baik aja, aku langsung kesini.”

Blair tersenyum, “Sekarang saya gapapa kok, Pak. Nord jadi penyemangat saya.” Blair kembali tersenyum.

“Hhhhmm, Blair, kamu tahu kan kalau dari dulu sewaktu kamu SMA, aku udah suka sama kamu?” tanya pria itu.

Blair menganguk, “Yah, tapi semuanya telah menjadi masa lalu. Dan saya belum mau menjalin hubungan baru lagi.”

“Aku paham kok, Blair. Aku akan tetap tunggu sampai kamu buka hati. Walaupun udah lama, rasa yang kumiliki masih tetap sama.”

“Saya punya anak, Pak.”

“Apa salahnya kalau kamu punya anak? Aku akan terima kamu dan juga Nord, aku bisa jadi ayahnya.”

“Pak Frans...”

“Blair, apa kamu ingat kenapa dulu kita gak pacaran padahal suka satu sama lain? Karena waktu itu kamu masih SMA, jadi aku menunggu waktu sampai kamu kuliah. Tapi kamu justru memilih pacaran dengan pria itu...”

“Tolong jangan bahas tentang dia lagi!” lirihnya.

“Aku kembali menunggu sampai akhirnya kamu pacaran dengan Ed. Dia pria yang udah ninggalin kamu demi perempuan di masa lalunya.”

“Pak Frans,”

“Bukannya aku gak mau nunggu, tapi aku gak suka lihat kamu terluka lagi. Jadi tolong, ijinkan aku buat kamu bahagia sekali aja.”

^_^

Frans menghela napas panjang, lalu melihat kembali ponsel di atas meja. Rasanya, sudah lama ia tidak segusar ini karena cinta. Dia rela menunggu Blair kapanpun sampai gadis itu bisa menerimanya. Namun, kali ini ia mulai gelisah seakan hubungan itu tak akan berhasil karena sesuatu. Atau sebenarnya, Blair tidak memberikan keseluruhan hatinya karena pria itu.

“Mas,” panggilan itu membuatnya menoleh. Ia tersenyum, lalu langsung memberikan kecupan di pelipis gadis itu.

“Udah selesai?” tanya Frans.

Blair menganguk, “Iya udah. Aku gak nyangka banget bisa ngajar anak-anak.”

Frans mengelus kepala Blair dengan sayang, “Cita-cita kamu tekabul, Sayang.”

“Iya, gak nyangka banget. Jadi ingat Mas Frans pas ngajar di kelas dulu.”

Lihat selengkapnya