BACK: Nice To Meet You

xwxswag2000
Chapter #5

Office Tyrant

Sentani, 27 Mei 2022 ....

Panas matahari uapkan genangan air, aspal panas meningkatkan tekanan udara. Sorot cahaya berlalu saat dimasuki parkiran bawah tanah. Decit roda menggema ke segala penjuru diikuti ketukkan langkah kaki tumpul.

Koridor panjang menyambutnya. Baru setengah perjalanan, pria itu memasuki sebuah ruang. Ekor matanya memandang serius, sipit membentuk bulan separoh. Berjalan melewati beberapa orang yang mendadak mengunci suara.

Ia letakkan tumpukkan kertas di atas meja. “Siapa yang belum hadir?” Tanya Rhyneo.

“Tn. Rudy,” balas seorang wanita tepat setelah Rhyneo menutup kalimatnya.

“Biru, apa timmu yang mendaki bukit bersama Elise?” Segera diperiksa lembar berita yang ia dapat dari sekretarisnya.

Wanita itu membuka mulut, menelan ludah, dan kemudian berkata, “Hanya Elise.” Mendadak diamati terus bibir lawan bicaranya. Seakan dia mengira-ngira, Rhyneo mungkin saja membentaknya.

Memang benar, ditatap perawakan wanita itu oleh Rhyneo. Pantas saja, sindirnya dalam hati melihat beban tubuh yang tidak lagi bisa dijabarkan dengan kata-kata. Beberapa lipatan perut membuat kancing pakaiannya menjerit kewalahan.

“Adikku berjuang keras dan kau pergi ke tempat wisata? Aku bisa menebak informasi yang kau sajikan tanpa melihat kertas di baliknya. Saksi mata, mayat korban yang tersambar petir, itu pun harus disensor. Tempat tujuan korban, tangisan keluarganya.

"Lalu apa yang bisa kau dapat dari Elise setelah bertaruh nyawa hanya topografinya,” omel Rhyneo menggerundel.

Tidak ada yang berani menatap wajah atasannya itu. Menunduk adalah tehknik jitu menghindar dari banyak kesulitan yang akan datang. Membenamkan wajah sedalam-dalamnya sampai hilang hawa kehadiran mereka.

“Itu ... kami juga menanyakan kesulitan perjalanan menuju ke puncak,” kata wanita itu bersandar sambil membenahkan blazer.

“Setelah apa yang diperjuangkan pendahulu, kebebasan pers kini hanya omong kosong belaka. Mereka menyesal sampai ingin merangkak keluar dari dalam kubur.”

“APA?” raung sergahnya diikuti napas perenggangkan rusuk. Sejauh yang ia tahu, dirinya mampu menjadi seorang wartawan yang disegani publik. Bahkan atas kesuksesan yang pernah diraih, dalam hal mendapat perhatian dan pujian ia tidak tanggung-tanggung.

“Cari tau apa saja yang ada di balik bukit, aku sarankan timmu untuk memutarinya.” Ia kembali berfokus pada lembar kertas yang terus dibolak-balik sejak tadi. “Hijau, materimu masih tentang suap. Kuning, tambahkan cara meremajakan kulit untuk daerah dengan iklim tropis setelah informasi cuaca. Itu akan dijadikan penutup berita.”

Pintu ruangan mendadak terbuka. “Ma-maaf terlambat,” ucap seorang pria dengan pakaian agak berantakan.

Tatapan sadis semua pihak ditujukan padanya. Bagaimana tidak, sudah cukup mendengar celotehan yang membuat mereka merasa kembali lagi saat usia lima, saat main lumpur, saat telinga mereka panas karena dijewer.

Lihat selengkapnya