"Apa aku tidak salah dengar?" tanyanya kepada diri sendiri, lalu ia menoleh kepada seorang anak perempuan yang ada disebelah kirinya. Kebetulan saat itu anak perempuan tersebut sedang diinfus dengan kaki kanan yang dibalut oleh perban putih, sepertinya ia baru saja mengalami kecelakaan ringan seperti Adrian dan orang tua gadis itu sedang melakukan penebusan obat di apotek rumah sakit.
"Hei, nak! Menurutmu aku terlihat seperti apa?" tanya Adrian tanpa pikir panjang.
"Seperti orang ganteng pada umumnya," jawab anak perempuan itu tanpa berpikir. Jelas saja Adrian menjadi tertawa karena merasa dibohongi oleh seorang anak kecil.
"Astaga, Nak! Aku ini sudah tua, kenapa juga kau memujiku tampan? Kalau dulu sih iya, tapi sekarang udah ubanan." Adrian terus tertawa dan berbicara seperti orang tua saja, sampai membuat dirinya menjadi pusat perhatian oleh para pasien lain yang ada di ruangan tersebut.
Dia benar-benar tidak suka dengan tatapan orang lain padanya, rasanya mereka masih menyalahkannya atas kegagalan Tim waktu itu yang membuatnya langsung bangkit dari ranjang dan balik menatap tajam kepada seluruh pasien secara bergantian.
"Apa-apaan tatapanmu itu, dek? Kami menatapmu karena merasa terganggu oleh keributan yang kau buat, tapi kau malah menatap balik ke kami. Apa kau tidak punya sopan santun? Mana orang tuamu, biar aku suruh mereka menasehati anak remaja bandel sepertimu." Salah seorang lelaki berusia kepala dua merasa tak senang dengan tindakan Adrian yang seperti menantang, ia mencoba membuka suara duluan untuk memberikan rasa tidak nyaman kepada Adrian.
"Bapakku itu galak, kau yang akan nangis kalau berhadapan dengannya. Lagian kau yang tidak punya sopan santun, aku ini lebih tua darimu!" bentak Adrian seraya melipat kedua tangannya, tapi hanya dibalas gelak tawa oleh pemuda itu.
"Kau ini halu ya, dek? Jelas-jelas kau masih anak SMA, malah ngaku-ngaku sudah tua. Apa kau mau cepat dewasa?" tanya Pemuda itu yang seolah meledek Adrian. Tapi ia sama sekali tidak terprovokasi oleh tawa Pemuda itu, melainkan ia tampak terkejut saat dikatakan sebagai anak SMA.
"Anak SMA? apa aku memang terlihat seperti itu, nak?" tanyanya pada anak perempuan itu lagi yang hanya mengangguk setuju.
"Tidak mungkin, aku -" ia tertegun sesaat, lalu berlari kencang meninggalkan ruangan menuju kamar mandi yang ada di rumah sakit. Dengan tergesa-gesa, ia berlari untuk mencari kamar mandi. Untungnya tak beberapa lama, ia bisa menemukan kamar mandi yang memiliki cermin besar didalamnya.