BACK TO 18 AGAIN

Safinatun naja
Chapter #6

IKATAN PERTEMANAN

"Oke, kalau begitu berikan aku lemparan Slider atau Sinker mu? Atau, kau bisa memberikanmu lemparan Change-Up dan Curve ball mu?" pinta lagi Adrian yang berharap kalau Aksara memiliki salah satu lemparan yang disebutkannya itu. Namun sekali lagi, Aksara hanya menggelengkan kepalanya saja seperti mengatakan kalau dia tidak memiliki semua lemparan yang diminta oleh Adrian.

Aksara sampai berhenti menyembunyikan bola dari sarung tangannya, "Aku tidak punya lemparan lain, aku hanya memiliki lemparan lurus yang sebelumnya kutunjukkan padamu. Selebihnya aku tidak selalu gagal mencoba dan berhenti untuk belajar menguasainya."

Jelas saja Adrian tampak terkejut, Ekspektasinya langsung buyar saat mendengarkan kenyataan tersebut dari mulut putranya. Dia menjadi sangat kesal dengan sikap gampang menyerah Aksara yang benar-benar berbeda dari citranya sebagai anak seorang Catcher Hebat seperti Adrian.

"Jadi, apa yang kau lakukan selama 17 tahun ini? Bukannya kau ingin menjadi seorang Pitcher yang hebat, terus kenapa kau langsung menyerah begitu saja hanya karena kesulitan dalam menguasai teknik Pitch lain. Kau pikir kemampuan sekarang bisa membuatmu terlihat hebat saat bersaing dengan Pitcher lain? Sebelumnya kau bersikap seolah-olah kau tidak memiliki bakat atau apapun itu, tapi rasanya kau sendiri yang malah berlatih dan hanya terpuruk pada kemampuanmu saat ini." Adrian tidak berhenti mengeluarkan semua kekesalannya pada sang putra. Tanpa ia sadari, Aksara benar-benar terluka mendengarkan semua perkataan Adrian yang asal ngomong saja tanpa mengetahui situasi apapun tentang anaknya sendiri.

Aksara langsung membuang asal bola ditangannya, ia juga sampai melemparkan sarung tangannya ke tanah dengan tatapan marah.

"Hentikan! Aku benar-benar muak mendengarkan omongan orang yang selalu saja mengkritik tanpa mengetahui apapun tentang masalahku. Kau pikir apa yang kulakukan selama 17 tahun belakangan ini? Asal kau tahu saja, kehadiranku di Dunia ini adalah sebuah kesalahan terbesar. " Aksara menendang Sarung tangannya.

"Kau pikir enak rasanya berlatih secara terus-menerus dibawah tekanan? Kau harus mendapatkan kritikan dari semua orang dan menerima tatapan yang menganggap remeh kemampuanmu. Dan, setiapkali aku mencoba berlatih lebih keras lagi untuk menguasai semua lemparan yang kau sebutkan itu. Aku hanya selalu mendapatkan kritikan dari berbagai Media yang terus membanding-bandingkanku dengan Pitcher lain yang bukan berasal dari anak seorang Catcher terkenal." Aksara membantak Adrian, ia sudah benar-benar muak. Dengan amarah yang menggebu-gebu, ia terduduk lemas di tanah gundukan dengan mendaratkan lututnya terlebih dahulu sambil menunduk lemas seperti orang yang frustasi.

"Aku juga sebenarnya tidak ingin menyerah, tidak ada satupun niatku benar-benar ingin menyerah. Tapi rasanya sangat menyesakkan saat dipaksa membenci sesuatu yang sangat kau cintai," keluh Aksara yang memukul-mukul gundukan tanah di dekatnya.

Penjelasan Aksara barusan langsung menusuk perasaan Adrian, ia benar-benar merasa bersalah telah mengatakan sesuatu yang cukup kasar pada anaknya. Bagaimana mungkin ia sama sekali tidak menyadari apapun tentang kemampuan anaknya, bahkan masa sepele seperti ini saja Adrian tidak tahu apapun. Selama ini, ia sibuk membantu Pitcher lain untuk bisa bersinar diatas gundukan tanpa pernah sekalipun terpikirkan untuknya membantu sang putra yang jauh lebih membutuhkannya.

Lihat selengkapnya