BACK TO 18 AGAIN

Safinatun naja
Chapter #7

MASA DEPAN YANG BERUBAH

Langit kembali cerah seperti sediakala, setelah sebelumnya diwarnai oleh Awan hitam yang tidak berhenti menangis dan menjatuhkan tetesannya ke Bumi. Tampaknya, tangisan itu telah berhenti setelah puas membasahi semua yang ada di alam sekitarnya. Tak lupa juga, ia menaburkan kilauan cahaya pelangi di sudut langit sebagai bentuk isyarat bahwa air matanya kini telah berganti menjadi sebuah senyuman kebahagiaan.

Tepat di pinggir jalan setapak, Adrian yang pakaiannya sudah mengering sedang berjalan tergesa-gesa menghampiri sebuah Rumah yang tak terlalu jauh dari sekolah. Tampaknya Rumah itu menjadi satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh Adrian saat ini.Rumah yang telah banyak direnovasi, tapi masih menyimpan sejuta kenangan indah masa kecilnya. Adrian sendiri sampai tidak bisa berhenti tersenyum saat melangkahkan kaki saat mendekati rumah tersebut.

Dan dengan seenaknya, Adrian berjalan masuk kedalam Rumah tersebut seraya berteriak memanggil kedua orangtuanya. Jelas saja Bu santi yang saat itu tengah menyapu rumah langsung kaget melihat kehadiran sosok asing yang berjalan masuk didalam rumahnya.

"Ibu! Adrian pulang, ," tukas Adrian yang langsung mendekati Bu Santi, ia berharap ibunya segera mengenalinya saat ini dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Namun sayangnya dugaan Adrian salah besar, ibunya malah ketakutan dan langsung memukulkan sapu lidi di genggamannya kepada Adrian.

"Pak, sini dulu! Ada orang Asing yang masuk ke Rumah," teriak Bu Santi yang masih terus memukul Adrian.

"Ada apa buk? Bapak lagi menjahit topi buat Aksara, soalnya -" Pak Bimo langsung terdiam saat melihat Bu santi yang sedang memukul seorang remaja yang secara tak sopan memasuki rumah mereka.

Jelas saja Pak Bimo juga ikutan kesal, ia malah mengambil koran yang ada di atas meja dan ikut memukul Adrian.

"Siapa kau? Berani-beraninya kau masuk ke Rumah orang tua rentah seperti kami, Apa kau tega ingin mencuri barang kami?" tanya Pak Bimo yang tampak paling bersemangat untuk memukuli Adrian.

Adrian yang merasa kalau orang tuanya sudah salah paham langsung berteriak keras-keras seraya berjalan mundur kebelakang, "Aku ini Adrian Wicaksono, anak kalian!"

"Dasar anak bandel, kau tidak hanya mau mencuri ke Rumahku. Tapi kau juga malah berbohong," ucap Pak Bimo.

"Aku tidak berbohong, Pak. Aku ini anakmu dari masa depan, kalau gak percaya tanyakan saja apapun pasti bakal kujawab." Adrian setengah berteriak yang membuat Pak Bimo tersenyum meledek.

"Kalau memang kau anakku, pasti kau tahu apa makanan kesukaan Ibumu?" tanya Pak Bimo.

"Semur Ayam yang ekstra manis, makanya Bapak selalu menyuruh aku buat habisin sisanya karena gak suka makanan yang kemanisan." Adrian langsung menjawab dengan spontan tanpa pikir panjang, jelas saja jawabannya itu membuat Pak Bimo dan Ibu Santi langsung berhenti memukul anaknya. Apalagi jawabannya itu sangat lengkap.

Mereka saling bertatapan satu sama lain, sebelum akhirnya giliran Bu Santi yang mengajukan pertanyaan kepada Adrian.

"Kejadian apa yang membuat Bapak ngambek sama Adrian selama tiga Minggu?" tanya Ibu Santi yang jelas saja membuat Adrian tersenyum geli, berbeda dengan Pak Bimo yang merasa kaget dengan Bu Santi yang malah mempertanyakan hal memalukan tersebut.

"Bapak ngambek karena nama yang udah bapak siapin untuk cucunya tidak dipakai, Jadi terpaksa deh kami merubah nama anak kami jadi Aksara supaya Bapak gak ngambek lagi. Baru setelah itu, Bapak akhirnya mau makan dan mengajak Ibu berbicara." Adrian tersenyum, lalu ia menepuk pelan bahu Pak Bimo.

Lihat selengkapnya