BACK TO 18 AGAIN

Safinatun naja
Chapter #8

HARI LATIHAN

"Adrian, kamu mau kemana pagi buta gini?" tanya Pak Bimo yang sedang meneguk kopi di Meja makan.

"Ya, nak. Kau badu selesai maka loh, duduk dulu sini. Tunggu turun dulu nasi diperutnya, nanti jadi sakit perut." Ibu santi mencoba menasehati anaknya itu.

Memang saat itu Adrian sudah lebih dulu menyelesaikan sarapan paginya. Dan tengah sibuk memasukkan Catcher Glove kesayangannya didalam ransel hitam bekas yang masih berfungsi, tak lupa juga ia memasukkan sebuah Topi Baseball berwarna hitam yang masih bagus meski sudah tersimpan cukup lama didalam gudang.

"Aku sudah janji sama anakku, Seperti yang udah aku ceritakan sama Bapak dan Ibu buat bantuin Aksara untuk bisa lulus seleksi Timnas. Jadi, Aku gak boleh telat dan mengecewakannya." Adrian tersenyum, ia salam kedua tangan kedua orangtuanya.

"Kamu beneran gak mau berterus-terang tentang identitasmu kepada Aksara ataupun Adrian yang sekarang?" tanya Ibu Santi.

Adrian menggelengkan kepalannya, "Tidak usah, buk. Tolong tetap rahasiakan saja hal ini dari mereka, soalnya aku juga ngerasa kalau aku bakal kembali lagi ke Masa depan usai membantu anakku untuk bisa menjadi Pitcher yang hebat. Dan nanti kalau ada tetangga yang nanyak, bilang aja Aku ini anak kost di rumah Bapak dan Ibu."

Perkataan Adrian seolah-olah merasa yakin bahwa tujuannya terlempar ke masa ini ialah untuk membantu anaknya sendiri, sekaligus merubah masa depan yang telah kacau. Sebenarnya ada banyak hal yang memang harus diperbaiki oleh Adrian, ia tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa keputusannya dahulu membuat Timnas mengalami kekalahan yang memalukan dan membuat pembentukan Tim Junior menjadi batal dilaksanakan. Belum lagi beberapa sponsor yang mengundurkan diri dari Lions League sampai menyebabkan klubnya hampir bangkrut.

Bukan hanya itu saja, Adrian juga menyebabkan masalah ekonomi bagi kedua orangtuanya demi membayar utang Adrian yang cukup besar. Tak bisa dipungkiri, bahwa saat itu Adrian selalu mabuk-mabukan dan berjudi kesana-kemari untuk melepaskan perasaan kehilangannya dari sang Anak.

Memang sih kenyataannya Masa depan sudah sedikit berubah, tapi bukan saatnya Adrian bersikap santai saja. Dia harus memastikan bahwa semua schedule yang dulunya tertunda haruslah berjalan sukses. Dimana semua perencanaan itu akan dimulai dari Aksara, ia akan menyelamatkan masa depan anaknya terlebih dahulu yang pastinya akan berdampak pada hal lain.

"Ya sudah, kalau memang itu keputusanmu. Ibu cuman berharap usahanu bisa berhasil ya, Ibu juga tidak tega melihat cucu Ibu merasa sedih karena pemberitaan kegagalan Aksara beberapa hari yang lalu." Bu santi terdengar sangat geram, seolah-olah ia sedang marah.

Lihat selengkapnya