"Mang beli permen kapas nya satu ya". Pinta Zeura pada mamang penjual permen kapas.
"10 ribu neng". Mamang permen kapas menyodorkan pesanan Zeura kehadapannya. Zeura menerimanya lalu membayarnya.
Setelah membeli permen kapas, Zeura duduk di kursi taman menghadap ke danau yang begitu indah. Di hari merah ini banyak sekali yang berlalu lalang.
Zeura duduk menatap danau taman ditemani seseorang yang begitu mirip di sampingnya.
"Ra, gimana ya kalo nanti aku pergi jauuuh gituh".
Zeura menatap gadis di sampingnya mengerutkan dahinya. Tak lama Zeura tertawa pelan," Haha. Ngomong apa sih Sil. Ngak jelas, sumpah".
"Ihh Ra, jangan ketawa".
Zeura meredakan tawannya,"Emang kenapa lo ngomong gitu hah?".
"Ngak sih, cuma bicara aja".
"Idih".
"Haha".
Zeura menghembuskan nafas nya berat saat mengingat percakapan beberapa bulan lalu di taman ini dengan Sisil.
Duk
"Duuh". Ngaduh Zeura saat merasakan bola melambung ke kepalanya, sontak lamunannya buyar karna bola. Sakit lagi...
"Ma-maaf kak". Ucap anak anak berusia 5 tahunan sambil memegang bola, kepalanya menunduk.
"Iya". Singkat Zeura.
"Maaf kak". Ucapnya lagi.
"Iyaaa". Geram Zeura. Zeura adalah tipe cewek yang ngak suka anak kecil, baginya itu merepotkan apalagi jika sudah nangis, membuat ia geram sekali.
Zeura berdiri, sebelum bocil itu menangis buktinya matanya sudah berkaca kaca. Zeura pergi meninggalkan bocil tersebut yang sudah nangis ditemani pemuda yang baru saja datang, pemuda tersebut menatap Zeura dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kenapa juga nangis. Gue ngak ngapa ngapain coba". Gerutunya saat mengingat bocil taman tadi.
Setelah di taman, Zeura memutuskan pergi pulang kerumahnya.
Rumah Zeura bisa dibilang minimalis, hanya 1 lantai, ruangannya terdapat kamar, kamar mandi, ruang tamu, dapur dan satu ruangan yang menyambung ke ruang bawah tanah (rahasia)
Kecil bukan? Namun Zeura tak mempermaslahkannya. Ia tinggal sendiri, dirumah yang cukup baginya.
Zeura duduk di sofa ruang tamu, didepannya terdapat makanan ringan disertai minumannya. Mata Zeura terus menatap serius pada layar laptopnya.
Drettt
Zeura mengalihkan pandangannya pada ponsel yang ada di dekat laptopnya.
Nomor tak dikenal...
Zeura mengangkatnya...