“Mas, kamu resign dari kantor?” Anya memastikannya lagi. Dia takut salah dengar tadi.
“Dek ….” Erdi langsung menghampiri istrinya dan berusaha menjelaskan. “Maksud Mas ….”
Niat ingin menjelaskan tiba-tiba saja Anya memotong pembicaraan. “Mas, jelasin sama aku sekarang juga! Aku nggak ngerti Mas ini ngomong apa sih?” Anya bingung. Dia benar-benar tidak bisa mencerna perkataan Erdi barusan.
Erdi meraih tangan Anya. Lalu, dia mengajaknya keluar dari kamar. Dia ingin berbicara empat mata dengan Anya di ruang tamu saja. Agar tidak membangunkan tidur si kecil. Jika ada keributan kecil di antara mereka.
“Mas!” desak Anya yang sudah tidak sabaran. Dia menunggu penjelasan dari Erdi.
Erdi mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya langsung pada Anya. Karena istrinya itu sudah terlanjur mengetahuinya. Berat memang. Meski begitu, sudah tidak ada gunanya lagi menutup-nutupi masalah itu dari sang istri.
“Mas resign dari kantor … itu benar, Dek. Karena ada masalah di kantor yang tidak bisa diselesaikan. Pihak kantor memberhentikan Mas mulai hari ini,” jelas Erdi dengan terbata-bata. Penjelasannya pun setengah-setengah dan masih membuat Anya bingung.
“Apa?” Anya membelalak kaget. “Masalah apa Mas? Kok sampai diberhentikan begitu?” tanyanya mulai khawatir.
“Mereka memfitnah Mas menggelapkan uang perusahaan,” ungkap Erdi sambil menundukkan pandangannya.
“APA?” Anya semakin terkejut mendengar pengakuan Erdi. “Nggak mungkin itu, Mas. Mana mungkin Mas menggelapkan uang perusahaan. Buat apa, coba?”
Reaksi Anya sungguh tak terduga. Dia sendiri tidak menyangka bahwa suaminya akan difitnah sekejam itu. Dia tahu betul siapa itu Erdi. Pria polos, jujur, dan pekerja keras. Dia yakin sekali, suaminya itu tidak mungkin melakukan kecurangan seperti yang mereka tuduhkan kepadanya.
“Ini nggak adil, Mas. Buat Mas, juga buat kita,” bela Anya. Dia tak terima suaminya diperlakukan semena-mena seperti itu.
“Iya, mereka mungkin sengaja melakukan hal itu karena tidak suka dengan cara kerja Mas,” kata Erdi jadi berburuk sangka. Raut wajahnya terlihat pasrah saat itu.
“Terus, Mas nggak ngelakuin apa-apa dan terima gitu aja disalahkan seperti itu?”
“Mas nggak bisa ngelawan mereka, Dek. Kalau Mas tidak mengajukan resign, mereka malah menuntut Mas mengembalikan uang ratusan juta rupiah, yang sama sekali tidak pernah Mas tahu apalagi menyentuhnya,” terang Erdi panjang lebar.
Anya merasa iba sekali melihat nasib malang yang baru saja menimpa suami tercintanya itu. Lantas, sekarang apa yang akan mereka lakukan setelah tahu Erdi resign dari kantor? Itu yang kini dicemaskan oleh Anya.
“Dek, jangan khawatir ya! Meski Mas tidak punya pekerjaan tetap sekarang, Mas janji tidak akan sampai menelantarkan kalian berdua. Kamu dan Andara akan tetap Mas perjuangkan,” hibur Erdi.
Anya terisak. Dia menangis di pelukan Erdi. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana rumitnya menjalani kehidupan rumah tangganya ke depannya nanti. Erdi akan menjadi pengangguran mulai besok. Itu akan semakin membebani pikirannya setelah melahirkan. Emosinya masih belum stabil. Naik turun karena pengaruh baby blues kemarin-kemarin.