Badai Indah

Titin Widyawati
Chapter #7

Berangkat Sekolah

Salah satu pengorbanan Mamak yang tidak akan pernah kulupakan. Meski dia keberatan aku membuat jarak pertemuan dengannya, tetapi Mamak belajar mengikhlaskan, bahkan dia mencarikan biaya bersekolah dengan berasrama boarding sesuai dengan yang aku minta.

Aku senang, dia mengantar bersama rombongan calon siswa yang lain. Karena kami orang kampung maka harap maklum perjalanan ditempuh menggunakan mobil pick up, biasanya untuk mengangkut sayuran.

Aku berpelukan haru ketika Mamak melepasku kepada calon pengasuh baru. Mamak menangis tetapi diseka cepat-cepat. Aku tanam janji bahwa ingin belajar sungguh-sungguh. Akan tetapi, belajar serius rupanya tidak semudah menanamkan tekad. Begitu banyak ujian yang harus dilalui. Apalagi ketika melihat anak-anak yang lain dijenguk setiap hari besuk, aku termenung dari kejauhan, memandangi satu-persatu siswa yang bercengkrama dengan orang tua mereka. 

Mamak jarang datang ke sekolahku sebagaimana orang tua Yulia. Aku harus paham, bahwa wanita mendekati tua itu sedang sibuk mengurus Ayah dan Suchi. 

“Ayo ke koperasi, Ta!” ajak Yulia suatu sore selepas mengaji di masjid. Aku hanya mengulum senyum kemudian menggelengkan kepala. Pada akhirnya Yulia membelikanku sedikit jajanan. 

“Lain kali yang banyak!” candaku. 

Kami menikmati jajanan dari koperasi asrama. Duduk di atas kursi bambu, tepatnya di bawah pohon jeruk nipis yang rindang dan tinggi menjulang, barangkali karena usianya telah berpuluh-puluh tahun. 

“Maaf merepotkanmu, Yul!” Aku membelah keriangan. Kutatap langit yang berawan. Yulia berhenti mengayun kakinya, ia fokus pada wajahku yang mendongak ke angkasa. Sore terasa beku karena embun membuat pemandangan mengabu-abu. Aku bicara serius dengannya. 

“Repot dalam hal?” 

“Tidak perlu membelikanku jajan dan kebutuhan mandi, aku bisa mandi tanpa sabun, bersihlah!” 

Lihat selengkapnya