Badai Indah

Titin Widyawati
Chapter #17

Mogok

Wanita dengan rambut acak-acakan itu geram melihat tingkahku yang masih duduk di kamar, meraba-raba selimut. Aku enggan bangkit dari tempat nyamanku, aku ingin bertahan di kampung yang dipenuhi dengan kabut. Aku malas berpergian ke kaki gunung lain, kasihan Suchi terkadang harus di rumah sendirian. Dia masih belum bisa masak, merawat tubuh juga belum bisa mandiri. Aku yang semula bersemangat ingin segera menuntaskan sekolah, mendadak urung, aku ingin mundur dari bangku sekolah. Biarlah tidak memiliki ijazah, terpenting bisa berdua bersama Suchi dan Mamak di rumah.

Beban di punggung Mamak terlampau banyak dan berat, kupikir dengan aku tidak bersekolah bebannya akan berkurang, setidaknya tidak dituntut untuk membayar uang bulanan, uang makan, uang asrama dan bla bla bla, bahkan iuranku selama ini selalu menunggak. Aku enggan menambah tunggakan. Mamak sudah susah, ditambah Ayah yang kabur dari rumah sakit, ia tentu sangat sengsara. Haruskah kutambahi penderitaan dengan tagihan administrasi sekolah yang membukit berulang-ulang?

Tetapi kenapa Mamak tidak tahu diri? Dia justru ngomel-ngomel karena aku enggan pergi?

“Lita! Buruan mobil rombonganmu sudah menunggu di jalan masuk desa, kalau kamu tidak bersegera ke sana, nanti kamu ketinggalan! Mamak tidak bisa mengantarmu sampai sekolahmu menggunakan bus!” cerocos Mamak sambil berkacak pinggang.

“Aku mau di rumah, mau menemani Suchi saja!”

“Lita! Kamu harus tetap sekolah, kalau kamu tidak sekolah nanti nggak lulus!”

“Ya nggak papa, kan Mamak dulu juga nggak lulus tsanawiyah,” rajukku mencari-cari alasan.

“Zaman Mamak dengan zaman sekarang berbeda, Nak. Kamu tetap butuh sekolah untuk masa depanmu kelak,”

“Memangnya kelak masa depanku seperti apa?” Aku membalikkan pertanyaan.

“Supaya cerah dan tidak susah seperti kehidupan Mamak,” sahut Mamak lagi tidak putus asa.

“Aku bisa hidup dengan Mamak saja sudah merasa cukup, aku senang bersama Mamak!”

“Lita, mau jadi apa kamu jika tidak bersekolah hari ini?”

“Aku ingin jadi anak Mamak sepenuhnya, aku mau membantu Mamak, aku ingin mengantar sekolah Suchi, aku ingin memasak, aku ingin men….”

“Lita! Siapa dulu yang ngotot mau sekolah ke Sawangan? Sekarang tanggung jawablah pada keputusanmu, jangan membuat Mamak pusing dan jangan menambah berat beban Mamak!”

Lihat selengkapnya