Badai Indah

Titin Widyawati
Chapter #30

Penjelasan

Kesadaran yang sebentar membuatku menjadi pemburu kolong dipan. Aku terus mengobrak-abrik dipan yang ada di rumah, barangkali Ayah menitipkan sesuatu ketika dia ingat. Aku menjadi tukang bersih dadakan. Aksi aku mulai ketika Mamak tidak ada di rumah. Bahkan aku meluangkan waktu dengan membolos sekolah. Seluruh sampah yang ada di kolong dipan kamar Mamak aku muntahkan. Ada pakaian bekas yang diseret tikus, ada tempe goreng berjamur, ada potongan-potongan kayu, ada kardus-kardus sepatuku, ada sandal jepit rusak, ada tas yang resletingnya menghilang, ada foto pigura pernikahan yang penuh debu sementara permukaan kacanya pecah. Aku mematung sejenak, duduk bersila mengusap wajah Ayah dan Mamak. Mereka pasangan yang—mohon maaf sebenarnya tidak serasi. Ayah tampan dengan wajah putih bersih berjas dan berdasi, Mamak serupa badut, bedaknya tebal sekali sementara bibirnya merah tomat. Pertanyaannya mengapa foto itu ada di kolong dipan, Mamakkah yang mengungsikannya karena lelah dengan hubungan mereka yang harusnya saling memiliki tetapi salah satu pihak tidak mengingatnya? Luka Mamak pasti sudah seluas bendungan danau, atau jangan-jangan justru sepanjang lautan tidak kelihatan batasnya di muka bumi. Aku menyisihkan fotonya di atas kasur, kemudian melanjutkan perburuan. Tidak kutemukan apa pun selain debu-debu yang membuat batuk dan jaring laba-laba yang digelantungi spiderman mungil.

“Kak Lita ngapain sih?” tanya Suchi sepulang dirinya sekolah. Dia berkacak pinggang di ambang pintu, menerawang masuk ke dalam penuh ketidakrelaan. Rumah yang baru saja damai beberapa bulan sudah kembali dibuat kacau balau.

“Dirimu mbolos, ya?” lanjut Suchi setengah menggertak.

“Tolong ambilkan sapu dan tempat sampah!” Aku memberinya instruksi. “Mamak tidak mungkin membersihkan kolong dipan, kan? Maka kakakmu ini mengambil alih pekerjaan, supaya kamar Mamak bersih dan nyaman.” Aku membuat-buat alasan.

“Tapi tidak dengan membolos juga, kan?”

“Tidak ada waktu, Suchi. Kalau malam kan kita tidur,”

“Ah, kau memang gadis aneh seperti yang diceritakan para teman-temanku!”

“Aneh bagaimana maksudmu?”

“Entahlah … keluarga kita memang tidak ada yang beres, Ayah gila, kakakku aneh, Mamak kerja kesetanan!”

Lihat selengkapnya