***
Ada yang mengintip
Di balik kersik dedaun pintu
Mengemas segala gelegak bayu
Terbangkan kesiur,
Tanpa laku
***
Dung ... Dung ... Dung ....
Kentongan ditabuh tanpa henti. Suaranya yang bertalu-talu memenuhi seisi udara di dusun terpencil, tepat di kaki bukit bagian barat gunung Penanggungan. Dusun yang dikelilingi hutan pinus yang melebat di keempat penjuru sisinya, hingga membuatnya terisolir dalam dekapan pohon-pohon punus yang menjulang tinggi. Dusun Alas Pinus.
Dinginnya udara malam tidak menyurutkan sedikitpun langkah penduduk untuk meninggalkan peraduannya, guna mengintip ada apakah gerangan, hingga suara kentongan itu ditabuh tanpa jeda.
Bak dikomando, seluruh penduduk berkumpul di poskamling masing-masing RT untuk mendengarkan informasi dari ketua RT. Mereka takdzim mendengar sepatah demi sepatah informasi yang disampaikan oleh ketua RT mereka.
Tak lama setelah informasi didapat secara lengkap, para warga laki-laki kembali ke rumah masing-masing untuk mengambil cangkul ataupun balincong. Sedangkan para perempuan kembali ke dalam rumah untuk mengambil tudung kepala, dan bergerak ke arah rumah berbendera putih di tengah dusun.
***
"Aku benci Bapak, aku benci!" rutuk Sekar dengan suara tercekat. Disekanya ingus yang terlanjur meleleh sembari sesenggukan meremas tangan kiri Emaknya.