Blurb
Terjadi sesuatu yang aneh dan tak lajim malam itu, debu-debu semesta bertebaran di langit malam, menghinggapi tubuh Bagas yang sedang meregang nyawa. Jantungnya yang hampir mati, mulai berdenyut kembali. Aliran darah yang hampir membeku, mulai lancar mengalir melewati nadi. Jiwa yang sebentar lagi melayang pergi, kembali ke tubuhnya lagi. Bagas bangun dari terpuruknya, dan hidup lagi. Sejak saat itu, tubuh Bagas selalu awet muda dan tak pernah merasakan layu.
Di malam yang sama, sesuatu yang terjadi menimpa Bagas, menimpa Ayu juga. Kematian dan penuaan tidak lagi berkuasa pada tubuh mereka. Awalnya bagi mereka ini adalah sebuah berkat, tapi waktu memperlihatkan jelas bahwa keajaiban itu adalah kutukan, dimana Bagas dan Ayu berkali-kali harus menerima kenyataan pahit dimana satu per satu dari orang-orang yang dikasihinya menua dan mati.
Sejak saat itu, Bagas dan Ayu selalu bersembunyi dari waktu. Mereka tak banyak bergaul, selalu berpindah-pindah tempat, tak pernah mau di foto, dan tak tertarik lagi untuk mencintai dan dicintai, karena rasa takut itu selalu hadir, rasa takut akan kehilangan mereka suatu saat nanti.
Pergantian zaman terjadi silih berganti, Bagas dan Ayu selalu hidup dan tak pernah merasakan mati, meskipun mereka sangat mengharapkan kematian itu, tapi kematian tak pernah bisa menyentuh mereka.
Pada akhirnya takdir jugalah yang mempertemukan mereka. Bagas yang buta mata, dan Ayu yang tuli. Ntah mengapa cinta hinggap di sanubari mereka. Bagas yang tak bisa melihat dengan kedua bola matanya, tapi bisa merasakan cinta itu ada pada diri Ayu, sedangkan Ayu yang tak pernah bisa mendengar ucapan cinta dari seorang Bagas.
Bagi Bagas, Ayu adalah cinta terakhirnya, sedangkan bagi Ayu, Bagas adalah cinta pertamanya.
Cinta membawa mereka ke jenjang pernikahan, sampai akhirnya mereka harus kembali dikecewakan oleh waktu ketika melihat Abigail tumbuh besar, menua dan mati. Sedangkan Bagas dan Ayu harus kembali bergelut dengan akhir waktu yang tak bisa mereka sentuh.
*****