Dalam langkahnya mengisi hidup melewati setiap roda zaman, sudah banyak hal yang di dapatkan Ayu, dari kisah perjuangannya di masa merebut kemerdekaan Indonesia, sampai pada kesempatannya menjalani setiap profesi yang ada. Sampai detik itu, tak ada yang tahu siapa Ayu, dan darimana asalnya, karena Ayu menutupi setiap rahasianya rapat-rapat. Wajahnya tetap awet muda dan cantik, serta penampilannya selalu mengikuti trend busana di setiap zaman, Ayu tetaplah Ayu. Ia tak pernah berubah, dan ketika ia memutuskan untuk tidak bersembunyi lagi di hutan, ia sudah membulatkan tekadnya membaur dengan manusia lain. Ayu sadar bahwa sebagai manusia, ia tak bisa hidup sendiri. Ia juga perlu cinta dan perhatian dari manusia lainnya. Satu hal yang di lakukan Ayu supaya jati dirinya tidak diketahui orang lain, adalah jangan pernah di foto, karena mungkin saja suatu saat nanti foto itu akan menjadi bukti nyata bahwa Ayu pernah hidup di setiap zaman yang berbeda-beda. Makanya ketika Ayu berkenalan dengan orang lain, dan menjalin persahabatan, kerap kali ketika hendak di foto Ayu selalu menutupi wajahnya dengan tangannya sendiri. Beberapa kawan baiknya heran dengan sikapnya Ayu, tapi setelah dijelaskan, akhirnya mereka mengerti sifat Ayu yang tak pernah suka di foto, dan mereka diajarkan untuk mengerti keinginan Ayu.
Sudah lebih dari sebulan ini, Ayu mengabdikan hidupnya mengurusi anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan “KASIH IBUNDA” disanalah ia berkenalan dengan Arya, seorang lelaki tampan yang menjadi relawan juga. Sejak pertama kali mengenal Ayu, membuat Arya jatuh cinta pada pandangan pertama, meskipun Ayu tidak membalas cinta dan perhatian Arya, tapi pada akhirnya Ayu luluh juga pada kesungguhan Arya nyatain perasaannya.
“Aku mencintaimu.” kata Arya dihadapan Ayu, ketika saat itu mereka sedang duduk berduaan di area belakang panti asuhan. “Sebaiknya kamu jangan terlalu gampang nyatain cinta sama perempuan.” jawab Ayu, berusaha tenang menatap Arya. “Iya, aku tahu. Aku juga bukan type lelaki yang gampang nyatain cinta sama perempuan, tapi kali ini aku sudah yakin seratus persen, aku jatuh cinta padamu.” balas Arya. “Permisi…” kata Ayu sambil beranjak pergi, seakan ingin menjauh dari Arya, tapi serentak Arya memegang tangannya Ayu, “Jangan pergi. Aku mohon padamu. Tinggallah bersamaku.” Serentak Ayu mengibaskan tangannya sehingga terlepas dari pegangan tangan Arya. "Aku tahu kamu mencintaiku." tegas Arya, dan sempat membuat Ayu menghentikan langkahnya, "Kamu jangan salah menilai aku." kata Ayu menatap Arya sendu. “Kamu jangan bohongi dirimu sendiri. Mengaku saja-lah…!” balas Arya sembari menenangkan hatinya, "Tentu kamu tahu kenapa namaku banyak tertulis di buku harianmu?” Ayu kaget ketika melihat buku hariannya ada pada Arya, lalu Ayu berusaha mengambil buku hariannya itu, tapi Arya tak mau mengembalikannya. “Aku tidak main-main! Kembalikan buku harianku…!” seru Ayu seraya marah dan kesal hati. “Tidak.” balas Arya tenang saja, “Aku hanya akan memberikan buku harian ini padamu, jika kamu mau jadi pacarku. Aku tahu jauh dari lubuk hatimu, sebenarnya kamu mencintai aku. Iya kan…?” kata Arya selalu memancing Ayu. “Kamu jangan terlalu percaya diri jadi laki-laki.” sentak Ayu menatapnya tajam, tapi Arya tak mau menyerah pasrah, "Jelaskan padaku satu kalimat dari buku harianmu ini. Sebenarnya aku mencintaimu, Arya, tapi aku takut. Aku takut jika suatu hari nanti aku akan kehilanganmu.” kata Arya sambil membaca beberapa kalimat di buku harian itu, “Bisa kamu jelaskan apa maksudnya kata-katamu ini…?”