Bagas sedang terduduk diam, beberapa barang sudah disiapkan dalam satu ransel, ia akan pergi meninggalkan statusnya yang sekarang, dan juga meninggalkan kenangannya dengan Astuti. Ia tak ingin terjerumus terlalu dalam mencintai seorang gadis. Setelah menghela nafas panjang, Bagas beranjak dari duduknya, dan pergi, dan tidak berencana kembali lagi ke tempat itu, sama seperti yang sudah dilakukannya dulu-dulu. Kesedihan mencintai seseorang ternyata terulang lagi dalam hidupnya, sehingga terasa berat bagi Bagas untuk meninggalkan semuanya.
Kepergian Bagas menorehkan rasa sedih dan kecewa dalam diri Astuti. Ia tak pernah berucap pamit pada Astuti, apalagi menemuinya. Ia hanya pergi begitu saja, seperti asap yang dilarikan angin. Sekarang tinggal Astuti sendirian, ia berusaha mencari keberadaan Bagas, namun tak pernah menemukannya. Jauh dalam lubuk hatinya Astuti sempet berfikir jikalau kepergian Bagas adalah satu pertanda bahwa ia tak serius menjalani cinta, tapi bagaimanapun kehadiran Bagas sudah berdiam di hatinya. Seandainya saja Bagas pamitan padanya semenit saja, itu akan meringankan beban Astuti, atau jika Bagas bilang putus dan bilang tidak mencintai Astuti lagi, itu juga akan membuat Astuti lega, daripada mendadak pergi tanpa pamit.
Dalam diamnya, Astuti mengenang peristiwa kebersamaannya dengan Bagas, termasuk ketika mereka membahas topik mengenai kehidupan abadi yang sempet diakui Bagas bahwa dirinya adalah bukti keberadaan manusia abadi. Apakah yang di katakan Bagas adalah suatu kebenaran? Ataukah saat itu ia sedang bercanda? Astuti pun tidak tahu. Sekarang yang bisa dilakukannya hanyalah pasrah. Bagas sudah pergi, dan kemungkinan ia tak akan kembali. Dalam hatinya, Astuti berusaha menghargai keputusan Bagas, meskipun berat terasa olehnya. Ia berjanji bahwa ia tak akan terlampau lama berada dalam kegalauan hati. Ia harus bangkit menjalani hidupnya dengan lelaki lain yang lebih layak untuk dicintai, yang tidak pergi meninggalkannya begitu saja. Astuti berusaha membuka diri dan hatinya pada lelaki lain, dan melupakan kisah cinta sesaatnya dengan Bagas. Ia sibuk membahagiakan dirinya sendiri. Meskipun begitu kenangannya dengan Bagas tak pernah bisa hilang dari relung terdalam hatinya. Astuti mempercayai lagi cinta lelaki lain, dan pernikahan mereka pun terjadi. Seorang lelaki kini sudah hadir dalam hatinya, meskipun cinta itu masih ada tersisa untuk Bagas yang tak di ketahui di mana rimbanya.
***