“Kamu petugas baru, ya…?” tanya Deon, si pemuda itu. “Iya.” jawab Ayu singkat, dengan bahasa isyarat tangannya. “Ehmmm kamu…” kata Deon sambil menunjuk telinganya sendiri, lalu Ayu tersenyum kecil, “Iya, saya tuli. Saya nggak bisa dengar kamu, tapi saya bisa ngerti kamu ngomong apa.” balas Ayu. “Ohh begitu… Kebetulan aku bisa sedikit-sedikit bahasa isyarat tangan.” kata Deon lagi. “Baguslah.” balas Ayu kembali singkat, “Silahkan tanda tangan di sini, sebagai bukti kamu udah ngembaliin buku yang kamu pinjam.” Deon nurut saja, lalu dengan tatapan matanya yang tak lepas memandang gadis itu, Deon menorehkan tanda tangannya. Ayu berusaha tidak memperhatikan Deon, meskipun ia tahu pemuda itu selalu menatapnya. Ayu membawa buku itu, dan kembali menyimpannya di tempatnya semula, sedangkan Deon masih menunggu di sana.
“Ada yang perlu di bantu lagi…?” tanya Ayu berusaha ramah. “Ehmmm…” jawab Deon sambil mikir mau jawab apa, “Tidak, terima kasih.” Deon beranjak dari tempat itu, tapi tidak pergi, ia duduk-duduk santai di kursi yang telah di sediakan di sana. Sedangkan Ayu kembali melanjutkan aktifitasnya, dan setiap kali ia membalas tatapan Deon, saat itu juga Deon merasa gugup, ntah harus bagaimana caranya mendekati Ayu, tapi setelah Deon memberanikan diri, ia pun menghampiri gadis itu lagi, “Boleh kenalan…? Namaku Deon. Kamu…?”
“Amel.” jawab Ayu, lalu mereka berjabat tangan, sebagai tanda mereka telah resmi berkenalan. Saat itu adalah moment sederhana terjadinya kontak pertama di antara mereka, yang menyebabkan Deon susah tidur, karena selalu teringat pribadi gadis itu, sedangkan Ayu berusaha bersikap wajar, seakan tak mau mengikuti kata hatinya dengan yang namanya cinta, lagi.