Ayu selalu menghindar setiap kali Deon datang menghampirinya, tapi Deon berusaha tak patah semangat, ia selalu hadir di setiap waktunya Ayu. Senyumnya selalu ada untuk Ayu, begitu pula dengan perhatiannya. “Aku masih mengharapkanmu untuk mencintaiku.” kata Deon di hadapan Ayu. “Jangan pernah kamu berharap cinta dariku, karena aku tak bisa memberikannya untukmu.” tanggap Ayu dingin. “Jika benar kamu tidak mencintaiku, coba katakan dengan lantang!” kata Deon dengan tegasnya. Mendengar permintaan Deon barusan, membuat Ayu menghentikan langkahnya, lalu berbalik melihat Deon, “Aku tidak mencintaimu…!” teriak Ayu dengan lantang, “Aku tidak mencintaimu.” kata Ayu lagi lebih lantang dari teriakannya yang pertama, tapi Deon tetap tidak dengar juga. “Apaaaaa…? Coba lebih keras lagi, supaya aku bisa denger…!” Ayu mempersiapkan nafasnya untuk teriak sangat lantang, tapi sebelum teriakan itu keluar dari mulutnya, Deon yang sedari tadi berjalan menghampirinya, kini sudah ada persis dihadapannya, “Kenapa diam…?” tanggap Deon melihat tepat ke jantung matanya Ayu. “Kamu terlalu dekat…! Bagaimana bisa aku teriak kalo kamu deket-deket gitu…?! Mau sakit kupingmu…!?” balas Ayu. “Iya… Coba saja…!” kata Deon seakan menantang. “Oke kalo itu yang kamu mau.” balas Ayu, lalu ia kembali mengatur nafasnya panjang untuk teriak sekencang-kencangnya, “Aku tidak…” Belum sempat Ayu meneruskan teriakannya, tiba-tiba Deon mencium bibirnya, sehingga membuat Ayu jatuh lunglai tak berdaya di hadapan lelaki itu.
Ayu menangis, setelah sekian lama ia menghindari cinta, akhirnya ia kembali jatuh karena cinta. Haus akan hadirnya cinta membuat Ayu terlena, dan setiap kali ia memejamkan matanya, rasa sedih itu selalu kembali. Ayu memantapkan diri untuk pergi meninggalkan cinta yang sudah menetap di hatinya, tapi ketika ia sudah siap melangkah pergi, kehadiran Deon membuat langkah itu terhenti. “Aku ingin kamu ikut denganku.” kata Deon setelah berhadapan dengan Ayu. “Ikut kemana…?” balas Ayu. “Ke rumahku.” jawab Deon terlihat bahagia, “Aku ingin mengenalkanmu pada Mama Papaku.”
Sejenak Ayu terpaku diam menatap Deon dengan sendu. “Kenapa kamu diam…?” tanya Deon penasaran. “Bukannya aku tidak mau mengenal keluargamu, tapi bagiku, sekarang bukanlah saat yang tepat.” jawab Ayu berusaha menutupi rasa sedihnya sendiri. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi…?!” tanggap Deon berusaha meyakinkan Ayu, “Aku ingin melamarmu, sebagai bukti cintaku sangat tulus untuk kamu.” kata Deon dengan penuh semangat. Ayu merasakan batinnya merintih sedih, dan tangis itu terjadi lagi ketika airmatanya mengalir deras turun melalui kedua pipinya.