Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta

Gie_aja
Chapter #15

NOSTALGIA CINTA (POV Ayu)

Perahu kecil yang ditumpangi Ayu dan Arya mengapung di permukaan air danau. Kondisi cerah saat itu, sejuk dan nyaman bagi mereka yang sedang memancing ikan. “Saya benar-benar tak habis fikir, setiap kali melihatmu, saya melihat sosok ibumu. Kalian benar-benar mirip, seperti pinang di belah dua.” kata Arya memulai pembicaraannya dengan Ayu, lalu ditanggapi Ayu dengan senyuman kecil. “Banyak orang juga bilang seperti itu, tapi aku berbeda dengan ibuku. Ibuku jauh lebih hebat, beliau wanita tangguh.”

“Iya, saya tahu. Meskipun saya mengenal ibumu tidak lama, tapi saya setuju ibumu memang wanita hebat. Dia sanggup membuat saya jatuh cinta dalam waktu singkat, tapi dampaknya terasa sampai detik ini. Sayangnya dia terlalu cepat pergi di saat saya benar-benar mencintainya.” Ayu hanya terpaku diam, melihati sedih wajah Arya dengan segala ketulusannya. Ia benar-benar tak menyangka cinta tulus seorang lelaki yang duduk dihadapannya, akan terpelihara sampai hari tuanya. Selama itu Ayu berfikir bahwa cinta lelaki itu akan sirna tergilas roda waktu, tapi nyatanya tidak. Hatinya sudah terpaut terlalu dalam pada indahnya kenangan masa lalu, di saat mereka masih bersama. “Apa ibumu pernah cerita padamu soal kehidupan abadi…?” tanya Arya penasaran. “Iya.” jawab Ayu singkat. “Kamu percaya ada seseorang di muka bumi ini yang dapat hidup abadi…? Yang tidak akan pernah tua, yang tidak akan sakit-sakitan, dan tidak bisa mati…?” Ayu diam sesaat, dan hanya menanggapinya dengan satu senyuman kecil. “Kok nggak jawab…?” tanya Arya seakan mendesak Ayu menjawab pertanyaannya, “Di sini kita hanya berdua, tak ada orang lain. Kamu adalah dia, iya kan? Mengakulah, Ayu! Tak perlu kamu membohongi aku dan dirimu sendiri.”

Ayu tak kuasa menahan air mata kesedihannya, saat melihat lelaki itu memohon kejujurannya. “Aku sekarang sudah tua, mungkin hidupku akan segera berakhir. Sakitku tak bisa hilang. Badanku melemah. Tapi sebelum aku mati, aku selalu berdoa, suatu saat nanti aku akan di pertemukan lagi dengan orang yang aku cintai, dan orang itu kamu. Jujurlah padaku sekarang…! Supaya hatiku lega, dan batinku bersyukur.” Ayu semakin terpukul dengan kesedihannya, dan airmata itu semakin deras mengalir melalui kedua pipinya, lalu ia pun mengaku bahwa dirinyalah orang yang selama ini di nanti-nantikan oleh Arya. “Terima kasih…” kata Arya yang langsung memeluk erat Ayu saat itu juga, “Selama kamu pergi, aku tak pernah melupakanmu sedetikpun. Hidupku tak pernah bahagia.”

Lihat selengkapnya