Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta

Gie_aja
Chapter #23

SAATNYA KEMBALI

Di atas bebatuan dasar jurang, Bagas sedang duduk ditemani cahaya lilin kecil. Ia menanti datangnya keajaiban di malam itu. Kata tetangganya, langit terlihat aneh, karena tak seperti biasanya bintang-bintang banyak bermunculan. Bagas teringat sesuatu di masa lalunya, ketika orang-orang bilang di langit terlihat aneh, banyak bintang bertaburan. Tahukah apa yang terjadi? Malamnya Bagas berhadapan dengan bandit yang akan merampok organ tubuhnya, dan di malam itu juga Bagas jatuh ke jurang, mengalami kematian, lalu datanglah Meteor Pegassus, debu-debu cahaya bertaburan, dan ia hidup kembali. Bagas sangat berharap Meteor Pegassus akan kembali di malam ini. Dan kami datang bukan untuk meminta hidup ini bertambah abadi, melainkan untuk mengakhirinya.

“Sebenarnya siapa kamu?” tanya seseorang yang berdiri di belakang Bagas. Dia-lah Ayu. Malam itu ia pun datang mengharapkan keajaiban terjadi padanya, sama seperti yang diharapkan Bagas. “Kamu kah itu…?” balas Bagas. “Iya. Ini aku.” jawab Ayu tenang. Bagas beranjak dari duduknya, lalu berhadapan dengan Ayu. Bagas tersenyum menyapa ramah pada Ayu. “Aku sama sepertimu. Kamu juga sama sepertiku. Bukan begitu…?” kata Bagas dengan senyumnya, lalu beranjak menghampiri Ayu, “Namaku Bagas. Aku ingin mengaku satu hal padamu, aku manusia abadi.” Ayu tersenyum kecil, “Namaku Ayu. Aku juga sama sepertimu. Sebenarnya takdir sudah menyatukan kita, hanya saja kita tak sadar. Aku melihatmu di mimpiku, karena itulah aku tahu kamu sama denganku." Bagas terpaku diam, lalu ia mulai membuka mulutnya kembali menjawab Ayu, “Aku ingin keabadian ini diakhiri. Aku ingin seperti manusia-manusia lain yang hidup di zamannya sendiri, menjadi tua, bahagia dan mati.” Situasi saat itu menjadi romantis ketika Ayu menghampiri Bagas, dan memeluknya dalam kesunyian. Bagas bisa merasakan nafas Ayu dipelukannya, begitu juga sama halnya dengan Ayu bisa merasakan nafasnya Bagas terasa begitu dekat ke hatinya. Sesuatu terjadi di atas langit malam. Dalam kemegahan bintang-bintang langit, muncullah sebuah cahaya yang semakin lama semakin terang bersinar. Bagas dan Ayu sadari bahwa ia sudah datang. Batu besar dari langit itu selalu meluncur di jalur yang sama. Ia akan terbang melesat melintasi area di mana Bagas dan Ayu sedang berdiri menantinya. “Apa yang kamu lihat…?” tanya Bagas penasaran. “Batu besar itu datang. Dia sangat indah, Bagas.” jawab Ayu dengan terkagum-kagum melihati Meteor Pegassus, “Seandainya kamu bisa melihat apa yang aku lihat. Aku yakin kamu akan takjub sepertiku.”

“Cabutlah keabadian kami…!” teriak Bagas dan Ayu bersamaan. Mereka telah siap menerima sepenuhnya hempasan taburan debu-debu cahaya yang berhamburan keluar dari tubuh batu langit. Udara terasa sangat dingin, Bagas dan Ayu merasakan debu-debu cahaya intan itu mulai menempel di hampir sekujur tubuhnya. Mereka terlihat berkilauan, sungguh sangat mengagumkan, lalu mereka lenyap seketika, seiring dengan batu langit yang terbang melesat semakin tinggi.

Banyak orang mencari keabadian dengan caranya masing-masing. Mereka fikir hidup yang panjang akan membuat mereka bahagia. Tidak. Sama sekali tidak. Menjalani hidup panjang tidak akan pernah bisa membuatmu bahagia, karena kamu akan terperangkap oleh waktu yang akan membuatmu bosan. Jadikan saja hidupmu berarti dengan cinta sejati, karena semua itu akan lebih membahagiakanmu dibandingkan hidup abadi. Jangan terbuai dengan obsesi yang akan membuatmu menderita. Jadilah berarti, setelah itu kembali-lah pada kedamaian Sang Maha Tinggi. Bagi kami, semua itu lebih berarti.

***

Lihat selengkapnya