*****
Ingatan Nana berada di 9 tahun yang lalu.
Ia tersenyum manis saat mengingat kenangan masa putih abu-abunya.
2011
Ditahun ini Nana sudah menginjak bangku SMA dan tinggal 1 jenjang lagi, ia akan lebih dekat dengan cita-citanya yaitu bisa kuliah dan meraih gelar sarjana seperti impian orangtuanya.
Nana bersekolah di salah satu SMA yang tidak favorit di kotanya, bukan karena Nana tidak bisa masuk disekolah favorit di kotanya, namun Nana memilih bersekolah disini karena biaya.
Biaya ?
Iya biaya yang menjadi kendala.
Nana bukan tipikal anak manja dan egois, meskipun Nana adalah anak perempuan satu-satunya dikeluarganya dan pastinya dimanja, namun Nana tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya. Sebisa mungkin Nana meringankan beban mereka, seperti saat ini Nana memilih bersekolah disini karena beasiswa.
Ya. . . Nana mendaftar sekolah berdasarkan Nilai Raport dari kelas 7 sampai kelas 9 SMP.
Nana adalah perempuan yang lumayan cerdas, dia selalu berhasil menduduki peringkat 3 besar setiap tahunnya.
Hingga pada suatu hari. . .
"Na, aku mau ke ruang guru ni, mau pinjem raport mau aku fotocopy. Mau bareng enggak ?"
Tawar gadis cantik bernama Tiwi, dia teman sekelas sekaligus sahabat Nana selama 3 tahun di SMP.
Tiwi tidak terlalu pandai di bidang akademis tapi dia punya kelebihan di bidang olahraga, salah satunya di cabang renang dan basket. Tiwi sering mendapat prestasi tinggi di cabang renang baik ditingkat Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi, hingga banyak sertifikat, piagam dan medali yang dibawanya pulang.
Tiwi sadar kalau dia tidak pandai di bidang akademis sehingga dia berteman dengan Nana agar bisa dibantu memahami mata pelajaran yang sering dia tinggalkan, sebenarnya bukan itu yang membuat Tiwi bersahabat dengan Nana, tapi karena Nana lah satu-satunya orang yang mau berteman dengan Tiwi secara tulus tanpa pamrih.
Tiwi adalah putri tunggal, keluarganya cukup berada, kedua orangtuanya merupakan PNS golongan tinggi dan masih punya usaha kolam ikan, pemancingan dan pemandian yang cukup sukses, jadi jangan ditanya lagi bagaimana fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya untuk Tiwi.
Karena fasilitas dan kepolosan Tiwi, dia banyak dimanfaatkan orang-orang yang mau berteman ketika mereka membutuhkan, dan meninggalkan Tiwi sendiri begitu saja saat urusan mereka selesai.
Namun berbeda dengan Nana yang tulus menerima Tiwi sebagai sahabatnya tanpa embel-embel latar belakang dan fasilitas milik Tiwi. Sehingga Tiwi merasa nyaman dan sangat sayang kepada Nana layaknya saudari sendiri.
"Lho, mau buat apa mbak ?" tanya Nana polos. Dia belum tau maksud dan tujuan Tiwi sebenarnya.
Nana memanggil Tiwi dengan sebutan mbak karena Tiwi lebih tua 2 tahun dari Nana,Tiwi pernah tinggal kelas saat duduk dibangku SD. Untuk menghormatinya Nana memanggil Tiwi dengan sebutan 'mbak'.
"Pendaftaran SMA jalur khusus kan udah dibuka Na, kamu gak mau daftar pakai jalur khusus ?"