BAHAGIA BERSAMAMU

Mário de Oliveira Pires
Chapter #1

Chapter tanpa judul #1

Bab 1

CHANDRA, itulah namanya. ia lahir dalam keluarga dengan ekonomi yang bisa dibilang pas-pas-an, dengan kasih sayang dan keharmonisan keluarga yang menjadi panutan bagi masyarakat disekitar keluarga mereka, akhirnya tetangga mereka sangat menyangi mereka semua. Ia lahir di Distrik Ainaro sebuah distrik yang kaya akan ubi jalar, dan makanan tradisional lain yang kaya akan protein, tanggal 9 September 1989 adalah hari kelahirannya. Ayahnya bernama Alexandre de Araujo asli orang Ainaro khususnya Hatubuilico sebuah kecamatan di kaki gunung Ramelau yang beriklim dingin pada bulan Agustus hingga Desember, sedangkan ibunya bernama Adelaide adalah orang Ainaro Kecamatan Hatubuilico. Aku jatuh hati padanya ketika kami sama-sama bekerja di sebuah stasium radio katolik yang bernama RTK (Radio Timor Kmanek) salah satu stasium radio yang dikelola oleh keuskupan agung Dili Timor Leste, pertemuan kami menjadi pertemuan cinta yang di berkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ia sebenarnya menyelesaikan studinya dibidang Biologi, namun karena lapangan kerja yang minim akhirnya ia melamar ke Radio dimana saya bekerja dan ia diterima disana dan kamipun jatuh cinta dari pandangan pertama. Semenjak jalinan cinta kami keluarga kamipun merestui hubungan cinta itu dan kamipun melanjutkan hubungan kami menjadi suami istri dan dikaruniai dua orang anak Hali dan Farra, kami sekarang tinggal di Dili dan saya sekarang meniti karir sebagai wartawan, penerjemah, dan penulis, sedangkan Chandra intriku sebagai seorang sekretaris di rumah sakit Umum Timor Leste.

Hingga saat ini hubungan kami sebagai suami istri berjalan dengan harmonis dan keluuarga kami ditata sesuai norma yang ada.

***

Suatu hari, ibu dan ayahku berkata kepadaku “jika kamu tidak menjadi pastor lebih baik cari istri”

“Apa?” tanyaku heran.

“Ya, aku kira, umurmu sudah tepat untuk meminang seorang gadis untuk menjadikan seorang istri.” Lanjut ayah tidak mau basa basi.

“Kamukan tidak akan kembali ke seminari lagikan?” Ibu memberikan kesempatan untukku.

“Ya…sebenarnya, tidak memungkinkan untukku bisa kembali ke sana,” jawabku yakin.

Lihat selengkapnya