Bab 4
Keesokan harinya aku terbangun dari tidurku lalu membuka pintu kamar dan berjalan keluar melihat suasana rumah yang sedikit berbeda. Aku berjalan menuju dapur, kulihat bunda AIRAM sedang membersihkan meja dapur. Aku menoleh ke arah jendela besar di dapur, kulihat kakakku Erete sedang berada di kebun menyiram tanaman. Menyadari akan kehadiranku, bunda AIRAM langsung menyambutku dengan senyuman “Selamat pagi MARVEL,”
Aku terkejut dengan semua perubahan ini, kenapa bisa begitu cepat. Aku bahkan masih belum bisa menghapus kenangan indah kemarin, namun sekarang kehidupan baru datang di dalam rumah ini lagi, pokoknya selalu ada sesuatu yang baru setiap ina mengeruap masuk jendela .
“Pagi ibu, apakah ibu yang menyiapkan semua ini?” Tanyaku.
“Ya. MARVEL mau sarapan pakai apa? nasi goreng atau roti? atau kamu mau membawa bekal?” tanyanya yang membuatku ingin menangis, bahkan ibu tidak pernah menolak apa yang saya inginkan. Tak kusangka air mataku menetes membasahi pipi, kuseka air mata itu kala bundaku menghampiriku lalu memelukku.”
“Kamu tidak apa-apakan?” tanya ibu.
“Ya…bu,” kataku sambil menoleh ke lain arah.
“Kenapa menangis? jangan terlalu cengeng dengan kehidupan ini. Kamu anak pandai, kamu harus memiliki gagasan yang pasti dan keputusan yang menantang. Ayo sarapan!, bunda tidak ingin melihatmu menangis lagi.” Kata ibu dengan memberi tantangan.
“Setelah sarapan, Erete akan mengantarmu ke sebuah tempat.” Aku menatapnya sendu lalu menunduk karena aku malu akan diriku yang tak pernah bisa bergaul dengan orang lain sejak aku pulang dari seminari.
“Tidak usah bunda, aku bisa berangkat sendiri, asalkan ibu kasih alamatnya, aku udah dewasa, enggak usah pake diantar segala.” Kataku dengan yakin.