Bahagialah Cigugurku

A. Sholeh
Chapter #2

Sekelumit Tentangku


Aku seorang laki-laki remaja biasa menurutku, dan luar biasa menurut orang lain. Kata mereka, aku orangnya aneh, unik, dan tidak bisa ditebak dari sikapnya. Memang seperti itulah diriku, entah mengapa dari semenjak Sd pun orang lain sukanya olahraga, berbeda denganku lebih suka membaca dan menulis saja.

Masa kecilku dihantui dengan pemikiran ingin segera dewasa. Ya, karna menurutku waktu itu, masa dewasa adalah waktu yang akan membuatku banyak belajar, bekerja, dan juga kesibukan lainnya. Tetapi beda dengan sekarang setelah Kumerasakan masa dewasa itu seperti apa.  

Datanglah, dimana hari yang tanpa disengaja, karena hati yang mendorongku untuk menuju ke sebuah pengalaman yang penuh cerita suka maupun duka, susah maupun senang. Pengalaman itu, sangat terkesan dengan momen-momen bersejarah bagiku. 

Namaku, Antarez Zaky Aurasic. Panggilanku Arez, yang baru lulus dari sekolah SMA pada tahun 2020. Sejak lulus dari sekolah, aku menjadi si paling hobi membaca, dengan mempunyai tujuan menjadi penulis, yang karyanya ingin di kenal banyak kalangan, dan finishnya, ingin di film kan di layar lebar.

Aku mempunyai satu adik laki-laki, dia adalah Mahara Tirta Aurasic, yang masih sekolah di bangku SMA. Ya nama belakang kita sama, karna Aurasic adalah nama belakang dari ayah kami. Ayahku seorang yang terkenal, mulai dari kampung sampai perkotaan, ayahku bernama Arisman Riandara Aurasic, dia seorang yang taat terhadap agamanya cinta terhadap negaranya, dan pecinta seni budaya, mulai dari perwayangan, musik kecapi, angklung, suling dll.

Ibuku bernama Siti Hafidzah Aurasic, yang setelah menikah dengan ayah, ditambahlah nama belakangnya oleh sang ayah. Entah kenapa, Aku pun tak tau. Sang ibu pun guru pertamaku yang mengajariku berjalan, berbicara, hingga bisa mendidikku lancar membaca Al-Fatihah dan Tri Kul (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas). Aku menyebutnya ia, Ibu Sobai (sholehah dan baik). kalo panggilan untuk ayah, aku tak berani karna dia galak, tapi setelah diri ini dewasa, tenyata ayah bukan galak tapi tegas.

Ayah berdomisili di Ujung Berung Bandung, dan menikah dengan ibu yang berdomisili di Cihanjuang Bandung Barat. Tetap sama-sama Bandung kok, tapi mempunyai efek samping, hanya kalo mudik terlalu dekat.

Kata ibuku, dulu waktu aku dan adik masih kecil kita tinggal di Cihanjuang. Karna ayahku sangat ketat dalam mendidik anak-anaknya, dengan melihat lingkungan yang tidak mendukung untuk kebaikan anaknya. Pindahlah, kami ke Cisarua yang masih satu kabupaten dengan Cihanjuang.  

Ayah telah lama meninggal sejak aku masih sekolah SMP, dan aku bersama adikku anak dari seorang janda yang telah lama ayahku meninggal dunia. Ibu lah yang mengurus kehidupan kita berdua, mulai dari sekolah, hingga akhirnya dewasa dan lulus dari sekolah.

Pernah aku, adik, dan ibu duduk bareng di teras rumah. Waktu itu ibu pandangannya tertuju pada kami, dengan keluar perkataannya.

“Anak ibu sekarang dah pada besar yaa.” Ucap ibu.

“Hehehe.” Kami berdua hanya sedikit tertawa saja.

Lihat selengkapnya