Bahagialah Cigugurku

A. Sholeh
Chapter #4

Tulisan Tangan Antarez


Dengan hati dan pikiran yang senang, Aku menulis tentang arti kehidupan yang bermakna, dan membuat sebuah rencana serta dedikasi yang akan di tempuh dalam episode kehidupanku. Tulisannya berisi: 

Roda Kehidupan

“Kehidupan ini layaknya seperti roda yang terus berputar setiap kali ia berjalan, dimana tidak ada kehidupan roda tersebut, ketika tidak ada yang mengendarainya. Aku Antarez, adalah sang pemuda pewaris ayahku, akan membuat episode-episode kehidupan yang siap menghadapi semua tantangan rintangan kehidupan, suka maupun duka, susah ataupun senang. Maka dari itu kubuktikan hari ini pada dunia, bahwasannya tidak ada kehidupan sukses tanpa di barengi kerja keras pikiran dan fisik yang begitu terasah dan melelahkan. Tapi diri ini yakin ada doa dan penyemangat yang tersisipkan di dalam tangisan ibu yang begitu tulus dan ikhlas untukku. Sebagaimana sang ayah berkata; “Lihat roda becak itu, roda becak itu seperti kehidupan kita.” Inilah jadi penyemangat dari ayah, untuk terus berjalan dengan penuh kerja keras pikiran maupun fisik yang kuat. Maka aku akhiri tulisan ini dengan “Kehidupanku layaknya perputaran roda,maka tentukanlah arah kita.”

Dikamar mulailah diriku bermain dengan mimpi dan imajinasi, dari mana mesti memulai perjalanan yang akan di tempuh serta siap menghadapi badai kehidupan. Aku teringat seseorang yang bersosialisasi ke kampung satu tahun yang lalu, menawari masuk salah satu lembaga yang membutuhkan sekelompok pemuda/pemudi, yang siap di ajak untuk sosialisasi dan mengajar ngaji di setiap tempat yang membutuhkan dalam pendidikan agama Islam.

🍃🍃

Aku mencoba untuk mencari pengalaman ke sebuah lembaga, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2021. Sebut saja lembaganya KPGN (Kumpulan Para Guru Ngaji).  Aku pun menuju ke lembaga tersebut dan sesampainya di sana Kulirik kiri kanan dan terbesitlah dalam pikiran, “Hmmm apakah ini jalan ku untuk melangkah dan mencari pengalaman pertama?” Ya apa salahnya mencoba, siapa tau aku bisa dan cocok. Lalu Aku menuju ke pintu kantor, dengan penuh keyakinan yang kuat ku langsung mengucapkan salam.

"Assalamualaikum..." Ucapku dan menekan tombol bel di sebelah pintu.

"Walaikumusalam." Jawab dari karyawan lembaga yang kelihatannya ramah. 

"Apakah ada yang saya bisa bantu kang?" Tanya karyawan itu.

"Iya pak saya ingin tau tentang seputar lembaga di sini." jawabku. 

Sambil tersenyum dengan sedikit tersipu malu. Lalu karyawan tersebut menyuruhku untuk masuk dan duduk di ruang penerimaan tamu. Segeralah aku pun masuk dan duduk di kursi ruang penerimaan tamu yang sudah tersedia. 

"Ohk boleh kang, sebelumnya izin sebentar, saya ambilkan dulu minum ya." Ujarnya. Sambil tersenyum dan menunjukan tangannya ke dapur yang di maksud.

"Tidak usah pak hehe.. Takutnya entar ngerepotin."

Basa-basi dariku sedikit tersenyum, padahal diam-diam memang ingin melepaskan dahaga, ya sebenarnya menahan rasa malu aja. Beranjaklah pergi karyawan itu untuk mengambil air minum. Tidak lama datanglah ia, dengan menyimpan air minum di meja tamu yang di situ aku duduk.

"Silahkan kang di minum air nya." Ucapnya, sambil beranjak duduk di kursi depan yang aku duduk disitu.

"Iya pak di tampi minumnya." Aku yang segera mengambil gelas itu untuk meminumnya terlebih dahulu, sebelum bertanya tentang seputar lembaga KPGN dan kembali menyimpan gelas di atas meja.

"Ohk iya pak perkenalkan saya Antarez dari Cisarua. Nah, kedatangan saya ke sini ingin mengetahui di lembaga ini tuh ada program apa saja ya pak?" Kubertanya kepadanya.

"Masyaallah... Perkenalkan juga nama saya Yoga kang, kebetulan saya sebagai karyawan koperasi di yayasan ini."

Karyawan itu beranjak berdiri dari duduknya, dan mengambil brosur sepertinya. Dan ternyata betul yang ia bawa brosur tentang yayasan itu. Ia pun mengasih brosurnya padaku, kulihat ada program apa saja sih disini.

“Nah ini brosurnya kang, coba dilihat dan dibaca dulu.”

“Okee, coba saya baca dulu ya pak.” sambil kulihat satu persatu dengan teliti.

Memang di brosur itu tertulis beberapa program yang menurutku baik juga, untuk mengawali pengalaman yang akan dijalani. Mulai dari sosialisasi sampai ke tingkat pendidikan mengamalkan ilmu. Tetapi aku merasa kaya belum cukup untuk mengajarkan ilmu, disisi lain ingat dengan ucapan ayah waktu aku masih SMP, yang dimana ia pernah bicara padaku “Ilmu itu bagaikan air, yang selalu dibutuhkan oleh seluruh manusia.” Intinya aku kaya merasa belum cocok aja dengan pengalaman ini. 

lalu masuk lagi ke pikiranku dengan ucapan ibuku, “Amalkan ilmu-mu walau sebutir garam, karna masakan pun tanpa dikasih garam akan hambar.” Seperti terus untuk menyuruhku menjalankan yang ada dulu sebelum melangkah ke pengalaman yang akan terinjak nanti. Aku terus bengong dengan perkataan-perkataan yang muncul berkali-kali dipikiranku. 

Saking seriusnya aku memikirkan perkataan itu, karyawan yang duduk didepanku melambai-lambaikan tangannya ke arah wajahku. Sambil memanggilku, dan aku pun sadar serta sedikit kaget.

“Kang, baik-baik aja kan?” Ucapnya.

“Hmm baik kok pak hehe.” Aku menjawab dengan sedikit senyum.

“Oke kang hehe, soalnya kelihatannya akang membacanya kaya melamun.” 

“Nggak, enggak kok pak hehe, ohk iya bapak tinggal dimana kalo boleh tau.” Mengalihkan karyawan itu supaya tidak curiga dan bertanya kenapa aku melamun.    

Lihat selengkapnya