Bahagialah Cigugurku

A. Sholeh
Chapter #7

Riko Sahabat Dekatku


Saat aku sedang dilanda beberapa tantangan rintangan kehidupan. Mulai dari wafatnya ayah, aku terus menangisi kepergiannya hingga beberapa hari. Pasti orang lain pun akan merasakan hal yang sama, seperti yang aku alami waktu itu. Seolah jantung yang tadinya berada pada tempatnya seketika terlepas jatuh, kiranya hidup tanpa jantung pun kurasakan.

Teringat dengan ucapan terakhir sari ayahku, Rez ayah titipkan dua mutiara keindahan padamu, ibu dan adikmu. Ayah percaya kamulah yang akan meneruskan perjuangan ayah setelah ini, perkataannya padaku. Sehingga ini adalah amanah yang mesti aku jaga sampai kapan pun.

🍃🍃

Riko ialah sahabat sejatiku, yang selalu ada ketika aku dalam keadaan susah ataupun senang. Kusebut dia adalah malaikat dunia yang selalu ada ketika ku membutuhkan pertolongannya. Dialah yang selalu memberiku semangat yang tinggi, untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rintangan yang sedang kujalani.

Aku dan dia selalu berkumpul dan mengobrol tentang seputar motivasi-motivasi kehidupan. Waktu itu, sekitar ba’da isya ia mengabariku lewat telpon bahwa ia mau bermain ke rumahku. Aku pun menunggu kedatangan ia diteras rumah. 15 menit kemudian ia datang, dengan suara motornya yang khas menurutku. Rumah dia denganku tidak terlalu jauh, cuma 1 Km saja jarak perjalanannya ke rumahku.

“Rez... Rez..” Pangilnya padaku, padahal aku sedang mengumpat dibelakang pintu rumahku.

   Sedikit jail padanya. Karna ia pun sama ketika aku datang ke rumahnya selalu di jaili dengan ia mengumpat, dibuka pintu lama, kadang juga alasan yang tidak kalah menarik, ia bilang lagi BAB.

“Rez... Rez... Arez.” Terus memanggil.

“Duar, hahaha.” Aku dengan suara keras untuk membuatnya terkejut.

“Haha da gak kaget yeyy.” Katanya, padahal ia terlihat kaget.

“Masuk-masuk bro.” Kataku dengan sedikit tertawa.

Masuklah ia dengan terlihat membawa tas yang didalamnya laptop. Ku ijin dulu padanya untuk membuat kopi untuk dia dan aku juga.

“Gimana nih, ada obrolan menarik sepertinya.” Kataku.

“Ngobrol sangu (nasi) paling ge.” Sedikit tertawa garing darinya.

“Haha, Iko mah aya-aya wae ahk haha.” Kataku.

“Ari si Ara kamana euyy?” Tanyanya padaku, yang menanyakan adikku. 

“Ada weh dia mah di kamar.” Kataku.

“Mahara sini, ada Riko nih.” Panggilku sedikit keras.

“Iyaa, kalem lagi beresin dulu game kagok.” Terikannya dia di kamar.

“Biarin weh, ker sibuk mereun.” Kata Riko.

“Iya atuh, sok kopi hela Ko.” Kataku.

“Oke siap.” Dia sambil meminum kopinya.

Riko pun membawa rokok, dan kita mengobrol sambil Kopdud (Kopi udud) haha. Ia pun mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan projeknya, yaitu membuat aplikasi-aplikasi. Memang dia kuliahnya mengambil fakultas Teknik Informatika dan Komputer. Sehingga dia ranahnya memang disitu.

“Aku tuh lagi bikin aplikasi euyy, untuk tugas kuliah.”

“Bantuan atuh haha.” Katanya.

“Jangar euyy ahk haha.” Jawabku sedikit tertawa.

“lamun nulis mah bisa di bantuin.” Kataku.

Dia mengerjakan tugasnya. Aku membaca buku yang tersedia di meja teras rumah. Mahara pun dengan celana pendek dan baju bergaris hitam putih, keluar dengan memegang Hpnya.

“lagi arapa iyeu teh.” Mahara dengan sedikit tertawa.

“Modol!” Kata Riko sambil mengerjakan tugas di laptopnya.

“Ahk boa edi subarjo.” Kata Mahara, sedikit tertawa.

“Kamu mah so sibuk.” Kataku.

Lihat selengkapnya