Bahagialah Cigugurku

A. Sholeh
Chapter #8

Berbulan-Bulan Di Cigugur


Sekian lama kuterus-menerus untuk mengajarkan ilmu, berbulan-bulan. Aku tidak berhenti untuk terus mencari beribu-ribu pengalaman yang indah. Seperti biasa aku berangkat sore menuju Cigugur. 

Sampailah aku di Cigugur, dan disinilah kumenemukan sosok yang di sebut Bahagialah Cigugurku. Terus ikuti saja kisahku ya, disinilah kumulai mendapatkan wanita yang akan menemani kehidupanku, dan berjalan dalam episode-episode suka duka, susah senang bersama.  

“Asalamu’alaikum…” Aku yang memasuki madrasah, dan sedikit kaget ada dua wajah baru yang baru terlihat olehku.

“Wa’alaikumusalam…” Jawab dari semua anak-anak, Ibu Hj, anaknya, dan dua orang yang baru aku lihat.

Sedikit bingung dan gagal fokus sih haha, dengan kehadiran dua orang yang belum aku kenal. Tak tau kenapa tiba-tiba fokusku mengajar hilang, terutama dengan melihat satu wanita yang memikat hati, dengan muncul dalam benakku, siapa itu? Bisa-bisanya dia membuatku tak fokus mengajar.   

Tapi tidak lama dari situ, aku mulai mengajarkan murid-murid ngaji. Dan selesainya mengajar di madrasah aku langsung disuruh kerumahnya bu haji. Disinilah aku dikenalkan dengan sosok wanita yang begitu indah parasnya dan juga anggun pribadinya. Yang diperkenalkan oleh sang guru Cigugur yaitu Bu Hj. Anita dan juga Bu Mia, ternyata beliau mantunya Bu Hj. Anita yang hari ini membantu mengajar murid-murid di Cigugur. 

Dan aku, dikenalkan dengan satu wanita yang akan membantu juga mengajar. Wanita itu masih saudara dari Bu Hj. Anita dan Bu Mia. Dia adalah Arelia Ayunda, sang wanita yang menurutku mirip dengan Chinese, karna matanya yang begitu sejuk di pandang, yang agak sipit matanya. Ia masih duduk di bangku SMA, yang umurnya tidak jauh denganku. 

 “Ooohk… Iya perkenalkan saya Mia dan ini di samping saya Arelia A…” Kata Bu Mia. 

Bu Mia duduk di kursi bersebelahan dengan Arelia, dan aku duduk di kursi depannya. Posisi Bu Hj. Anita waktu itu Izin untuk istirahat, dan Reza tidak mengajar karna sakit. Disitu hanya ada kita bertiga.

“Ooohhh iya… Ibu perkenalkan juga saya Antarez yang membantu bu haji mengajar disini” Jawabku kepada mereka. Mengobrollah kita, hingga bercanda bareng.

“Aanya dari mana emang?” Tanya Bu Mia.

“Saya dari Cisarua bu.” Jawabku sedikit tersenyum.

“Dari SPN kemana tuh?” Tanyanya.

“Kebelakang bu, dari situ tidak jauh bu tinggal lurus saja.” Jawabku.

“Ohk iya-iya.” Bu Mia.

Terlihat wanita itu masih terdiam. Lalu kumulai ia diajak untuk ngobrol bareng.  

“Ohk Iya, Teh Arelia btw aktivitasnya sehari-hari apa?...” Tanyaku padanya.

“Saya sehari-hari sekolah.” Jawab Arelia, masih terlihat cuek.

“Oooohhhh… Teh Arelia masih sekolah ya, kirain teh udah kerja hehe…” Kataku yang sedikit tersenyum pula padanya. 

“Hehe… Iyaaa.” Jawabnya padaku.

“Hmmm… Kenapa gak pakai jaket A? Padahalkan cuacanya dingin banget disini.” Tanya bu Mia padaku.

“Hmmmm, Belum ada yang ngingetin bu.” Aku yang mencoba cari perhatian pada Arelia tersebut.

“Hmmm... Hahaha… Ooohhh, gitu yaa.” Jawab Bu Mia, yang peka apa maksudku itu. Dan wanita itu bingung apa maksudku.

 “Cieeee… Cieeeee, tuh Rel konek gak hahaha.” Bu Mia yang menyadarkan Arelia dari bingungnya. 

Mungkin Arelia faham maksudku apa. Tapi lebih memilih diam dan sedikit tersenyum, mungkin ia masih malu untuk banyak berbicara.

Kemudian Bu Mia menceritakan tentang kehidupan dengan suaminya, yang begitu luar biasa indahnya. Ia selalu siap menemani sang suami dalam keadaan apapun. 

“Intinya kalo ingin terus bahagia, bawa enjoy aja. Gak perlu ribet aku ama suami mah.” Ucap Bu Mia.

“Nahhh… Dengerin tuhh Teh Arel.” Ucapan candaanku pada Arelia.

“Hmmmm…. Aaahhhhk… Hahahaha.” Bu Mia yang tertawa karna melihatku yang memancing-mancing Arelia. 

“Ehhh… Kan bu nanti juga ada yang ngingetin Teh Arelnya hehehe.” Aku yang terus memancing-mancing Arelia supaya bisa di ajak ngobrol.

Dan Arelia masih tetap diam, karna mungkin emang belum terbiasa ngobrol dengan orang baru. Sehingga aku pun memahami dan mengerti, memang seperti itulah mungkin berinteraksi dengan orang baru. Banyak diamnya dari pada berbicara.

🍃🍃

Suasana pun semakin malam, seiring berjalannya waktu terus kita bertiga mengobrol. Hingga selesainya mengobrol, aku izin pulang karna takut kemalamanya juga di jalan. 

“Sepertinya saya izin pamit bu, sudah terlalu malam juga. Mungkin ibu ama teteh juga mau istirahat.” Aku yang berdiri dari dudukku sambil izin pamit.

“Oooohhh… Iyaaa yaaa tidak terasa sudah malam juga, padahal asa bentar banget, tapi waktu begitu cepat berlalu hehe.” 

Lihat selengkapnya