Bahagialah Cigugurku

A. Sholeh
Chapter #5

Kosong Delapan Bulan Dua

Sekian lama kuterus-menerus untuk mengajarkan ilmu. Berbulan-bulan lamanya, aku tidak berhenti untuk terus mencari beribu-ribu pengalaman yang indah.

Sampailah aku di Cigugur, dan disinilah kumenemukan sosok yang di sebut Bahagialah Cigugurku. Dan yang akan menemani kehidupanku, dan berjalan dalam episode-episode suka duka, susah senang bersama.  

“Asalamu’alaikum,” ucapku

Aku yang memasuki madrasah. Dan sedikit kaget! Ada dua wajah baru yang baru terlihat olehku.

“Wa’alaikumusalam.” Jawab berbarengan, dari semua anak-anak, Ibu Hj, Heri, dan dua orang yang baru aku lihat itu.

Sedikit bingung dan gagal fokus sih, haha. Dengan kehadiran dua orang yang belum aku kenal. Tak tau kenapa tiba-tiba, fokusku mengajar hilang.

Terutama dengan melihat satu wanita yang memikat hati, dengan muncul dalam benakku, siapa itu? Bisa-bisanya dia membuatku tak fokus mengajar. Tapi tidak lama dari situ, aku mulai mengajarkan murid-murid ngaji.

🍃🍃

Selesainya mengajar di madrasah aku langsung disuruh kerumahnya bu haji. Kami pun duduk di kursi, posisinya berhadapan.

Bu Mia duduk di kursi bersebelahan dengan Melinda, dan aku duduk di kursi depannya. Dan Bu Hj. Anita waktu itu Izin untuk istirahat. Kalau Heri tidak mengajar, karna sakit. Disini hanya ada kami bertiga.

 “Oh Iya, perkenalkan saya Mia dan ini di samping saya Melinda, A,” kata Bu Mia. “Panjangnya apa Mel?” tanya Bu Mia, pada Melinda.

“Giandari Ayunda.” Jawabnya langsung.

Disinilah, aku tau dengan sosok wanita yang begitu indah parasnya, dan anggun pribadinya. Dia adalah Melinda Giandari Ayunda, sang wanita yang menurutku mirip dengan Chinese.

Karna matanya yang begitu sejuk di pandang, karna agak sipit matanya. Ia masih duduk di bangku SMA, yang umurnya tidak jauh denganku.

Wanita itu masih saudara dari Bu Hj. Anita, dan Bu Mia. Ternyata, Bu Mia pun mantunya Bu Hj. Anita. Aku baru tau.

 “Oh iya, Ibu. Perkenalkan juga saya Areza, yang membantu bu haji mengajar disini,” Jawabku.

“Aanya, dari mana emang?” tanya Bu Mia.

“Saya, dari Cisarua bu,” Jawabku sedikit tersenyum.

“Dari SPN kemana tuh?” tanyanya.

“Kebelakang lagi bu, dari situ tidak jauh tinggal lurus saja,” Jawabku.

“Oh, iya, iya.” Bu Mia.

Terlihat Melinda masih terdiam. Lalu kumulai ia diajak untuk ngobrol bareng. 

“Oh, Iya, Teh Melinda btw aktivitas sehari-harinya apa?” tanyaku padanya.

“Saya sehari-hari sekolah,” Jawabnya, masih terlihat cuek.

“Oh, Teh Melinda masih sekolah ya, kirain teh udah kerja,” Kataku, sedikit tertawa padanya.

“Iya.” Jawabnya, sedikit senyum.

“Hmm, kenapa gak pakai jaket A?” tanya Bu Mia. “Padahalkan cuacanya dingin banget disini.”

“Belum ada yang ngingetin bu,” Aku.

“Ha ha ha, Oh gitu, ya.” Bu Mia, yang peka apa maksudku itu.

 “Cie, cie, tuh Mel konek gak? Ha ha ha.” Bu Mia.

Mungkin Melinda faham maksudku apa. Tapi ia lebih memilih diam, dan sedikit tersenyum. Mungkin, masih malu untuk banyak berbicara.

Bisa jadi, memang ia belum terbiasa ngobrol dengan orang baru. Aku faham dan mengerti, memang seperti itulah berinteraksi dengan orang baru. Banyak diamnya, dari pada berbicara.

Suasana pun semakin malam, seiring berjalannya waktu terus kami mengobrol. Hingga selesainya mengobrol, aku izin pulang, karna takut kemalaman di jalan.

“Sepertinya saya izin pamit bu,” kataku.

“Tidak terasa sudah malam ya, padahal asa bentar banget, tapi waktu begitu cepat berlalu,” Bu Mia.

“Ya, begitulah kalo sudah betah mengobrol bu, suka tidak ingat dengan waktu,” Aku.

“Ha ha ha.”

Aku yang berdiri dari dudukku, sambil izin pamit.

“Hati-hati dijalannya, A,” Bu Mia dan Melinda yang ucapan berbarengan.

“Mmm, ha ha ha.” Bu Mia sambil mengedipkan matanya sebelah, yang di arahkan pada Melinda, dan melihat ke arahku.

Aku, sedikit senyum. “Duluan ya, Asalamualaikum,”

“Walaikumusalam.” Jawab mereka berdua.

Selama diperjalanan aku selalu menyayikan lagu favoritku, yaitu ‘Cinta Sejati. Dimana lagu itu merupakan lagu sejarah bagiku.

🍃🍃

Setelah aku sampai dirumah. Ku ucap salam, dan bersalaman tangan pada ibu dan adikku. Aku pun, langsung izin untuk ke kamar. Karna ada rencana ingin menulis, dan isi tulisannya adalah:

Alam Dan Waktu Penting Bagiku

“Alam adalah tempat istirahat bagiku, dan waktu adalah perjalanan hidup. Ketika diri ini berada di titik tempat yang sekelilingnya penuh dengan pepohonan, banyak sekali keindahan yang tercipta, oleh Sang Maha Pencipta. Yang penuh dengan syukur hati ini mengucapkan banyak beribu-ribu terima kasih. Karena dengan melihat alam aku merasakan ketenangan hati yang begitu dalam. Perjalanan hidupku bagaikan berjalan di tengah hutan yang mencari arah tujuan, untuk terus melaju dengan cepat tanpa menyia-nyiakan waktu yang begitu penting dalam hidup ini. Sehingga menemukan gapura untuk menuju pulang dalam keadaan penuh kesuksesan yang begitu terkesan. Maka ku akhiri tulisan ini, “Alam dan Waktu penting bagiku.”

Setelah aku menulis dalam catatan, kubawa buku itu untuk dibaca kembali di tempat tidur. Ya, aku memang selalu membawa catatan itu kemana-mana, hanya untuk memotivasi diri sendiri.

🍃🍃

Pagi hari tiba, aku teringat dengan wanita yang bertemu malam tadi. Apakah mungkin ini yang disebut Cinta pandangan pertama.

Sedangkan sekelompok orang hanya percaya dengan perkataan, tak kenal, maka tak sayang. Mungkin, hanya beberapa orang saja yang percaya hadirnya cinta pandangan pertama.

Tidak lama dari pertemuan itu, aku dimasukan ke group perkumpulan murid-murid dan para guru ngaji di Cigugur. Lalu kucari kontak yang dimaksud, yaitu kontak Melinda, akhirnya ketemu juga kontak sang wanita itu.

🍃🍃

Pada malam hari pukul 22.00, aku memberanikan diri untuk chat Melinda. Soalnya terbayang-bayang terus dengannya yang ketemu malam itu.

 “Asalamualaikum, paket”

Chatku pada Melinda yang mengaku sebagai kurir paket. Bingung soalnya, untuk memulainya dari mana.

Lihat selengkapnya