Bahasa CINTA Ayah

Sri Mustika Amir
Chapter #2

Semilir Angin Pantai Sunari (Pernikahan Ayah Ibu)

Kecewa, marah, kesal dan sakit hati, sederet kata-kata itu bahkan belum cukup menggambarkan apa yang Aisyah rasakan, hatinya hancur, rencana masa depannya lenyap menghilang terbawa angin pantai Selayar.

"Sudahlah Aisyah, untuk apa kamu menangisi pria brengsek seperti dia, toh diapun tidak mempedulikan perasaanmu" Arya memulai pembicaraan sambil memainkan ranting kayu yang terdampar di tepi pantai.

Sudah 5 bulan lamanya setelah pernikahan Aisyah yang gagal karena calon suaminya berselingkuh, Aisyah menghabiskan waktunya untuk merenung di tepi pantai Sunari, pantai dengan pasir putih eksotik serta bebatuan yang indah menjadi saksi bisu kesedihan yang dirasakan Aisyah, sedangkan saksi hidupnya adalah Arya yang tetap setia menjadi teman bicara Aisyah selama ia terpuruk dalam kesedihannya.

"Keluargaku bahkan sudah mempersiapkan semuanya, tapi apa yang dilakukan orang itu, malah berselingkuh dengan wanita lain dan menghamilinya hiks.." Aisyah menimpali sambil menangis.

"Sudah 5 bulan lebih kamu seperti ini, menangis di tepi pantai, sambil meratapi nasibmu, masih banyak orang-orang yang menyayangimu dan membutuhkanmu, keluargamu, murid-muridmu, bahkan nelayan-nelayan yang setiap pagi berpapasan denganmu saat kamu berangkat untuk mengajar juga menanyakan kabarmu, katanya rindu dengan sapaan hangatmu dipagi hari" Sambung Arya terkekeh sambil menatap lurus kearah pantai.

Aisyah menatap Arya, menghapus air matanya dan bangkit dari duduknya segera menghampiri Arya yang berdiri dibibir pantai.

"Wah bahkan kamu akrab dengan nelayan-nelayan disini, oh yah dulu kamu sering lari pagi, kenapa sekarang tidak lagi?" Aisyah bertanya.

"Yah karena orang yang ingin kutemui saat lari pagi sudah tidak pernah muncul lagi dipagi hari" kata Arya santai masih dengan menatap lurus kedepan.

"Apa yang terjadi, mengapa orang itu tiba-tiba hilang?" Tanya Aisyah polos.

"Kamu benar-benar tidak peka yah," Arya menghela napas panjang" Orang itu bahkan bisa kutemui setiap saat bukan hanya dipagi hari, tapi sama dengan nelayan-nelayan itu aku juga merindukan senyumannya dan sapaan hangatnya" Sambung Arya kembali.

Lihat selengkapnya